Kamis, 28 Mei 2009

We Recruit Them, But Then What? The Educational and Psychological Experiences of Academically Talented Undergraduates

Ringkasan
Dengan aktif universitas bersaing untuk yang terbaik dan melakukan test kecerdasan muridnya, pendidik boleh heran tentang bakat alami mereka dan menantikan mereka di perguruan tinggi. Namun, penelitian di rencana dan penyajian peluang untuk kemampuan mahasiswa baru di institusi pendidikan tinggi masih terbatas, meninggalkan penyelidik ke pertanyaan apa universitas bekerja untuk mencerdaskan muridnya. Tujuan peninjauan ini adalah untuk memeriksa penelitian yang baru saja dilakuakan untuk bakat mahasiswa secara akademis, keduanya menjadi sifat dasar mahasiswa baru bagi diri mereka sendiri dan penyajian peluang untuk mereka di institusi public pendidikan yang lebih tinggi. Dibutuhkan tempat untuk penelitian tambahan sebagai bahan diskusi.
Institusi pendidikan tinggi terus meningkatkan usaha pengerahan mereka memusatkan di bakat muridnya secara akademis. Sebagai kompetisi untuk mendekatkan tempat duduk muridnya dan meningkatkan pendaftaran, trend itu diharapkan berlanjut setiap decade berikutnya (Gerald & Hussar, 2001), banyak perguruan tinggi dan universitas bergeser focus mereka untuk merekrut lebih banyak murid-murid yang berbakat. Muncul kebijaksanaan yang berlaku untuk itu, meskipun kemajuan intelektual untuk seluruh mahsiswa itu penting, sikap dan prestasi banyak membantu murid berbakat untuk meningkatkan atmosfer institusi akdemisi dan membedakan universitas dari institusi secara tajam.
Bagaimanapun juga, disamping motivasi menjadi prioritas rekrutmen ini, kenyataanya bahwa universitas negri dan swasta berkompetisi untuk pendaftaran murid yang berbakat. As Laycock (1984) mencatat, program bakat sering digunakan untuk mencari murid ke PT atau universitas programs (cf. prestigious, private universities, which are often
essentially universities for the academically advanced). Program seperti itu sebgai penghargaan universitas dengan publik, membedakan jurusan, program akselerasi, dan career counseling dibuat untuk meningkatkan pengalaman sarjana muda untuk murid . berbakat. Ini dua permintaan pertanyaan penting: apa kita tahu tentang program yang efektif dan penyediaan layanan untuk mahasiswa baru berbakat di PT dan universitas? Dan, mungkin lebih penting, apa kita tahu bakat diri mereka sebagai mahasiswa? Mahasiswa berbakat didefinisikan secara sama sebagai murid yang termasuk program beasiswa atau beasiswa universitas di tingkat universitas. Mengidentifikasi bakat tidak semudah hanya dilevelnya, identifikasi menjadi hal yang lebih kompleks di level universitas hanya penaksiran standard untuk membedakan. Ini, diidentifikasikan untuk program beasiswa PT yang akan dipercaya lebih besar di nilai tes kecerdaan mapel atau student’s Scholastic Aptitude Test (SAT) score atau nilai penaksiran ACT, high school grade-point average (GPA), keterlibatan si kegiatan ekstrakulikuler SMA dan komunitas sosial, dan mempunyai surat rekomendasi (Mathiasen, 1985). Keikutsertaan di acara penghargaan juga memberikan kepercayaan yang bisa diukur dengan identifikaasi diri sendiri, sebagai murid biasanya harus memiliki inisiatif dan mempergunakan izin untuk acara penghargaan. Kesulitan selanjutnya dalam mengidentifikasi proes, tidak semua murid diberikan hak, hasilnya jumlah murid PT berbakat di kampus PT regular. Tujuan penulisan ini, lebih dahulu kita mendiskusikan mahasiswa berbakat sebagai orang yang terlibat dalam acara penghargaan atau beasiswa, kecuali kalau ditetapkan sebaliknya.

Pengambilan penelitian ini untuk digunakan
Meskipun PT dan universitas tertarik di penerimaan murid bertalenta secara akademis, mengenai penelitian pendidikan dan psikologi murid di institusi pendidikan tinggi adalah jarang. Peneliti dan pengajar tidak mempunyai studi empiris yang digunakan untuk memelihara dan meningkatkan pengalaman yang ada bagi mahasiswa baru bertalenta secara akademis. Area yang dibutuhkan untuk menunjuk jumlah mahasiswa berbakat: pengaruh prakuliah, belajar, banyak kemapuan dan karir lainnya, karakteristik personal (terutama kontribusi atau halangan untuk menjadi sukses), khusus untuk mahasiswa bertalenta (e.g., women, minority students, students with learning disabilities), Program penghargaan/beasiswa, program masuk lebih awal, dan masalah konseling.

Publikasi program beasiswa untuk mahasiwa berbakat terutama dalam pemikiran dan deskripsi program penghargaan (e.g., Adams, 1990; Long, 1998), dengan sebagian besar tulisan ditujukan mengenai persoalan komunitas PT (Byrne, 1998; Heck, 1985; Outcalt, 1999). Sebagian buku mempunyai penulis mahasiswa berbakat secara akdemisi di pendidikan yang lebih tinggi, meskipun banyak dekade yang lama (e.g., Cohen, 1966; Shertzer, 1960). Untuk yang kurang terkenal, penelitian fokus di karir konseling untuk mahasiswa berbakat (e.g., Schroer & Dorn, 1986). Meskipun penyediaan publikasi ini dasar untuk meneliti mahasiswa berbakat, terutama fokus pada artikel di program individu di satu atau dua universitas. Lapangan adalah kekurangan dalam penelitian empiris yang kuat bahwa perjanjian dengan program penghargaan dan hubungan sosial di masyarakat atau perjanjian penelitian dengan kelompok untuk beberapa orang di universitas.

Hubungan penelitian
Decade penyedia layanan gambaran detail itu pengalama unik untuk bakat prakuliah dan murid bertalenta. Tentu saja, ribuan studi tampak lebih 50 th yang lalu untuk anak berbakat dan dewasa, luas yang yang kurang, orang dewasa yang bebakat, hasinya ketidak hadiran informasi orang bertalenta akedemis diantara PT tradisional untuk usia 17-22. penelitian mahasiswa berbakat, lebih banyak difokuskan kepada kelompok luar biasa, seperti orang yang masuk PT lebih awal (e.g., Brody, Assouline, & Stanley, 1990). Rata-rata mahasiswa baru bertalenta akademis relative tidak tahu literature.
Penelitian ketidak hadiran ini adalah kejutan yang diberikan hasilnya untuk penelitian murid baru. Bukti penyajian penelitian murid akademis tinggi dapat belajar dengan cara berbeda (e.g., Alexander, Carr, & Schwanenflugel, 1995) dan mempunyai sosial dan pengalaman emosi yang berbeda (e.g.,Hoge & Renzulli, 1993; Marsh, Chessor, Craven, & Roche, 1995) daripada penurunan talenta secara tajam. Penelitian ketidak hadiran mahasiswa berbakat juga sebuah kejutan yang diberikan, faktanya program untuk mahasiswa lanjutan dimulai baru-baru ini abad 19 disamping pendidikan K-12. level prakuliah, berjalan sekitar 1983, dan instruksi individual disusulkan lebiah awal tahun 1912. sekolah khusu untuk bakat juga diterapkan di waktu ini, termasuk the Cook County Normal School in 1883, the Horace Mann School in 1887, dan the Speyer School in 1899 (Subotnik, Kassan, Summers, & Wasser, 1993). Likewise, Harvard University mempunyai program spesial untuk mahasiswa muda 1873 (Hanford, 1931), dan the University of Michigan menyetujui program penghargaan, the University
System, in 1882 (Aydelotte, 1936). Program penghargaan Swarthmore College, diusulkan di 1922, poin awal untuk pendirian program penghargaan di pendidikan lebih tinggi (Aydelotte, 1925). Fakta ini disebutkan ke dalam pertanyaan penelitian yang kurang untuk murid berbakat pada waktu pengalaman kuliah, khususnya pendidikan bakat di postsecondary level mempunyai lama yang sama dengan pendidikan bakat di K–12 level.
Tujuan penulisan ini adalah menguals penelitian yang baru saja untuk mahasiswa baru yang bertalenta akademis di urutan sampai saran spesifik untuk tingkatan kualitas pengalaman PT dan area identifikasi dibutuhkan penelitian tambahan. Kita menyimpulkan dua bagia :
(a) menguji penelitian mahasiswa bertalenta dan (b) menganalisis penelitian dalam program spesial untuk murid. Sebagai sebutan awal, kita focus pada murid usia PT tradisional dan program institusi publik.

Mahasiswa baru bertalenta akdemis
Literature penelitian berisi dalam beberapa orang memiliki hubungan untuk mahasiswa bertalenta dan pengalamannya, termasuk faktor memilih PT atau universitas, pembelajaran, banyak kemampuan, karaktristik pribadi, sukses di PT, dan jumlah spesial untuk murid bertalenta. Sesi ini adalah pilihan karena jumlah literature yang ada. Topic lainnya dihubungkan ke mahasiswa baru bertalenta yang dapat ditunjuk, tetapi tidak cukup literature untuk diskusi yang lebih dalam.

Factor pilihan PT
Apa yang murid berbakat harapkan dari PT atau universitas adalah penting di dalam mempengaruhinya memutuskan untuk memilih bagian institusi. Murid berbakat boleh merasakan pendidikan tinggi yang berbeda daripada rata-rata murid dan mereka diharapkan dan dibuthkan. Meskipun penelitian di dalam harapan dan kebutuhan adalah jarang, informasi ini digunakan untuk administrasi pendidikan lebih tinggi di dalam mengajak murid bertalenta di institusi mereka. Ditambahkan, “ketika satu dampak pertimbangan untu pengalaman PT secara individu, itu membantu untuk tahu apa jenis pengalaman sebelumnya mereka membawa dengan mereka” (Clark, 2000, p.7). ini memperbolehkan pendidik untuk lebih baik dalam penyajian untuk murid berbakat di perguruan yang lebih tinggi.
Douglas and Powers (1985) menemukan emapt factor penting dalam memilih institusi perguruan lebih tinggi untuk murid berbakat yang berpartisipasi di dua program prakuliah untuknya di the University of Arizona: (a) kualitas akademis institusi (b) aspek social institusi; (c) pertimbangan financial; dan (d) keistimewaan institusi, seperti penekanan terhadap nilai dan apa tidaknya orang tua atau teman mengahdiri institusi. Ini saran akdemik yang paling penting untuk PT dan universitas. Sedang dan tinggi murid berbakat, di identifikasi seperti nilai mereka dalam ACT, juga mengharapkan kebebasan belajar dan penghargaan terhadap PR di lingkungan PT (Kerr &vColangelo, 1988), sejauh mendukung kepentingan akademis. McClung and Stevenson (1988) menemukan nila penghargaan mahasiswa dan pengalamannya bahwa keterlibatan kelas yang baik, kepaduan mahasiswa, sosial dan aktivitas kebudayaan, dan dukungan universitas secara signifikan (diartikan sebagai kepaduan keduanya diantara universitas itu sendiri dan penghargaan PT).
Mahasiswa berbakat juga diharapkan untuk sanga terlibat di ekstrakulikuler PT, khususnya di department klub dan dpesial grup yang menarik (German, 1995; Kerr & Colangelo, 1988). Secara bersama, be;ajar keduanya, akdemik (e.g., kualitas instruksi, kualitas dan ketersediaan program spesial) dan non akademik (e.g., fungsi soial, aktivitas ekstrakulikuler) faktornya adalah aspek penting untuk murid bertalenta diharapkan pengalaman PT lainnya. Bagaimanapun, tingkat pengharapannya berbeda untuk murid berbeda tingkat kemampuan tidak jelas di keberadaan penelitian, tentu saja, murid ini diharapkan muncul kemiripan ke daftar umum untuk kondisi murid yang cepat belajar (such as that proposed by Kuh, 1996). Bagaimanapun juga, fakta penyajian penelitian bahwa suasana akademisi untuk PT atau universitas sangat penting untuk meningkatkan bakat mahasiswa baru dan peluang untuk mengembangkan skil sosial sampai akdemik, usaha juga penting untuk murid ini.
Dengan menganggap keinginan utama, sebagian besar murid berbakat (diitenfikasikan dengan ACT scores) menghadapi pilihan untuk ilmu tehnik dan kesehatan utamanya sebagai mahasiswa baru, mahasiswa lebih sedikit memilih physician liberal. Faktanya, In
fact, Kerr and Colangelo (1988) menemukan bukti bahwa kemungkinan memilih tehnik sebagai pilihan utama dengan tingkatan kemampuan akademis. Sebagai hasilnya, banyak mahasiswa berbakat ke universitas besar yang kuat di matematika, tehnik, dan ilmu pengetahuan, ketika murid berbakat lebih sedikit memilih untuk mengikuti PT physician liberal. The Kerr dan Colangelo mempelajari penyelenggaraan dengan 76,951 SMP dan SMA untuk tingkatan bermacam-macam kemampuan bagi yang belum memilih PT atau universitas. Ini, diketahui bagaimana banyak murid benar-benar memilih universitas umum yang lebih besar lawan PT phisicyan liberal yang lebih kecil.

Pembelajaran
Murid berbakat muncul dengan harapan akademis yang spesifik dan pengalaman non akademik ketika mereka di PT, tetapi beberapa studi meneliti apakah murid ini mempunyai pengalaman akademis yang berbeda ketika tiba di PT. Dengan kata lain, disediakan informasi bagaimana mahasiswa belajar di PT.
Terkecuali Satu orang terkemuka adalah penelitian seminar William Perry di pengembangan intelektual Harvard dan seminal
research on the intellectual development of Harvard dan mahasiswa baru
Radcliffe.1. Perry (1968/1999) menyarankan mahasiswanya untuk bergerak sampai 4 hal, fase pengembangan yang overlap selama kuliah. 2. yang pertama adalah dualisme simple, selama mahasiswa berpendapat semua pertanyaan secara benar tanpa jawaban yang ambigu. Yang kedua adalah dualisme komplek, mahasiswa mengakui banyak pertanyaan mempunyai beberapa potensial jawaban. Mahasiswa di fase ini membandingkan perbedaan dan mengevaluasi posisi teori, yang mana sering membawa mereka ke frustasi dan kecenderungan bobot yang sama untuk semua perspektif. Ketiga, langkah kompleks dari relativism, murid menyadari bahwa semua perspektif tidak sama benar dan perspektif itu membutuhkan dukungan agar mempunyai kebenaran. Ke-empat dan tahap final, persetujuan yang mengikat di relativism, melibatkan perubahan sulit dipisahkan dari identitas pribadi murid. Antara lain, saat murid menerima nilai dari relativism agar memahami dunia di sekitar mereka, tanda bukti diri mereka bergantung pada kemauan mereka untuk bertindak atau berbuat untuk mempengaruhi dunia. Gallagher (1998) mendeskripsikan bagian akhir dari tahap terakhir ini sebagai langkah dialektis, dimana murid mampu untuk memandang satu masalah dari paradigma berbeda, bahkan kalau perlu penciptaan satu paradigma baru . skema dasae Perry telah didukung oleh penelitian
selama dasa warsa dengan murid pada beberapa institusi, meliputi beberapa institusi umum mewakili satu jangkauan luas dari taraf kemampuan. Ironisnya, Modelnya Perry telah berlaku bagi Pendidikan dengan murid berbakat sekunder (Gallagher, 1998), tapi aplikasi ke Pendidikan dari murid postsecondary berbakat jarang tampak pada literatur. Pada lapisan serupa, Astin (1985) juga sudah mengajukan satu teori berguna bagi mahasiswa perguruan tinnggi, dimana keterlibatanconceptualized sebagai derajat dari waktu dan daya yangdilakukan untuk dipelajari, adalah ramuan kunci untuk belajar dan membangun intelektual. Serupa dengan pekerjaan Perry, Teorinya Astin secara luas dikutip dan digunakan sebagai fondasi untuk banyak pembahasan dari mahasiswa$ perguruan tinggi (misalnya., Salib, Astin, Zimmerman Oster, & Burkhardt, 2001; Donald & Denison, 2001; Hu & Kuh, 2002), tetapi bukan terperinci ke pembahasan pmbelajaran antara ketinggian kemampuan mahasiswa perguruan tinggi.


Multipotentiality
Satu kali di perguruan tinggi, mahasiswa belum bergelar yang berbakat mempunyai banyak pilihan mengenai akhir alur karirnya. murid ini mungkin paling banyak cerita dari tahun mereka precollege tersebut, karena akibat giftedness mereka, mereka dapat melalakukan apapun yang mereka sukai dalam kaitannya dengan profesional dan aspirasi pribadi. Kesarjanaan pada giftedness sering difokuskan pada masalah yang disebabkan oleh “ multipotentiality” iniatau potensial mempunyai seseorang untuk membuat pengaruh kontribusi nyata pada dua atau lebih daerah. Seperti murid dengan jumlah bakat yang banyak dan daya tarik berawal mempertimbangkan penting bidang pendidikan, karier, dan keputusan pribadi, kemampuan mereka untuk melampaui di daerah dapat membawa ke bimbangan, kekurangan dari persetujuan yang mengikat, dan terkait masalah (Kerr, 1985, 1991; Rysiew, Pantai, & Leeb, 1999).
Bagaimanapun, beberapa pembahasan terbaru mempunyai pertanyaan apakah multipotentiality sungguh-sungguh berada antara bakat dan murid berbakat (Achter, Benbow,& Lubinski, 1997;Achter, Lubinski, & Benbow, 1996; Legree, Curi kecil-kecilan, & Grafton, 1996; Lubinski, Benbow, & Ryan, 1995; Milgram & Hong, 1999). Masing-masing pembahasan besar ini disediakan bukti empiris yang multipotentiality dengan alasan dikaruniai adalah yang terbaik, betul-betul ditekankan pada literatur. Robinson (1997) ringkasan literatur ini mencatat bahwa pembatasan metodologis pada pembahasan sebelumnya, terutama semata sebatas pengaruh di test, memelihara “ satu ilusi dari menyamakan potensial berlaku untuk semua orang ” (p. 217). Penemuan ini tampak mendukung renzulli (1978) anggapan perilaku yang berbakat akibat dari pekerjaan yang tercurah pada satu area dengan pertimbangan daya tarik pribadi (yaitu., menghasilkan di persetujuan tugas yang mengikat) dan internal-eksternal model kerangka acuan dari konsep pembangunan diri (Plucker & Bursa, 2001), diusulkan dari fakta bahwa murid dengan taraf tinggi dari prstasi di area tidak mempunyai correspondingly tinggi konsep diri dari kemampuan di masing-masing area sebesar itu.
Kedengkian dari penelitian ini, empiris terbaru dan intervensi pembelajaran yang lain didukung keberadaannya dari multipotentiality (Gagné, 1998; Kerr & Erb, 1991; Shute, 2000). Dan murid berbakat dan orang tua mereka percaya multipotentiality adalah satu masalah (Emmett & Kecil, 1993; Moon, Kelly, & Feldhusen, 1997). Multipotentiality dibentuk dari kepastian tentang mahasiswa belum bergelar yang dikhususkan mempunyai bahkan telah ditemukan untuk peningkatan taraf dari kemapuan akademis (Kerr & Colangelo, 1988).
emisi penting yang lain dihubungkan ke multipotentiality adalah keberadaan dari multitalents, atau murid berbakat itu dengan beberapa kemampuan taraf tinggi yang tidak perlu terkait ke akademis atau lapangan kerja (Gagné, Neveu, Simard, & Pere, 1996). Emisi metodologis pada kedua bidang pengumpulan pembahasan pertanyaan dari apakah satu sedang membandingkan apel dan jeruk. paling menyukai pembahasan, kontroversi ini adalah sering diskusikan kondisi hitam di atas putih ketika kenyataanya mungkin abu-abu: Banyak murid berbakat mungkin melakukan kemampuan untuk sukses di perkalian, bidang berbeda, tapi perbuatan nyata ini mungkin mencegah murid ini berkembang untuk
memajukan keterampilan dalam satu kedisiplinan.

Karakteristik kepribadian
Untuk menyediakan kebutuhan psikologis terbaik mereka, pendidik perlu mengetahui karakteristi kepribadian mereka. Mengetahui tentang murid ini dan siapa yang menyediakan pengertian yang mendalam untuk ide program lebih baik terutama pada dunia dengan ekstrakurikuler dan pengayaan. literatur adalah sangat ketinggalan jaman dengan pengaruh karakteristik kepribadian dengan berbakat murid perguruan tinggi. Pembahasan diterbitkan pada 1970s atau 1980s, dengan pekerjaan pnerbitan masa lalu 15 tahun. Cermin ini merupakan penyusutan penekanan pada pembelajaran kepribadian pada semua tingkat penelitian bidang pendidikan. Bagaimanapun, kalau dibenihkan dengan luas, profil dari mahasiswa berbakat secara akademis belum bergelar masih tersedia dan berharga.aktivitas. Terbatasnya literatur mendukung ide yang di situ adalah tidak ada kesendirian, khas, mengaruniai tinggi siswa perguruan (misalnya., Laycock, 1984), tidak ada anak atau anak remaja brbakat. Bagaimanapun, murid menghormati alumni dan murid tidak mnghormati yang telah diperlihatkan untuk membedakan sesuai dengan jenis kepribadian (Randall & Copeland, 1986; Randall, Salzwedel, Cribbs, & Sedlack, 1990). Anecdotally, Harte (1994)— dan banyak orang lain akan mungkin agree—purported bahwa menghormati murid menjadi pembahasan mereka lebih serius dan mempunyai keprihatinan lebih besar tentang susunan mereka dibandingkan murid yang tidak dihormati. Beberapa pembahasan telah disarankan bahwa murid paling di hormati alumni direncanakan mempunyai kebutuhan tinggi untuk berprestasi (misalnya., Hickson & Driskill, 1970; Mathiasen, 1985), sering pemanduan mereka ke arah paham tentang kesempurnaan (Laycock). Penghormatan mahasiswa prguruan tinggi dari universitas Alabama telah memperlihatkan banyak tingkat paham yang lebih tinggi tentang kesempurnaan dibandingkan mahasiswa perguruan tinggi reguler, tapi tidak diketahui kalau paham tentang kesempurnaan ini adalah tak sehat atau sehat merupakan bagian dari motivasi (Parker & Adkins, 1995). Meningkat level kompetisi dan menghadapi tantangan
perguruan tinggi coursework mungkin untuk membantu perkembangan dari karakteristik ini.
Murid berbakat perguruan tinggi, diartikan sebagai keahlian di satu perguruan tinggi dihormati, tidak ada penyesuaian dri dan bebas tak terikat (Capretta, Jones, Siegel, & Siegel, 1963; Mathiasen, 1985; Palmer & Wohl, 1972). Mereka cenderung lebih suka otonomi, nonauthoritarianism, dan faham atau aliran kebebasan (Gottsdanker, 1968). Secara akademis senior perguruan tinggi senior yang menjadi calon untuk Woodrow Wilson Foundation persahabatan tampak tinggi aktualisasi diri di keadaan yang meminta pengalaman kemandirian dan kesendirian (McClain & Andrews, 1972), dan menghormati partisipan perguruan tinggi yang telah ditemukan menjadi lebih introvert dibandingkan murid lain dari kemampuan rata-rata (Randall & Copeland, 1986). Murid perguruan tinggi berbakat, umumnya tampak lebih suka kemandirian dan kesendirian, yang memberikan mereka untuk mempelajari ke dalam diri mereka sendiri.
Banyak penelitian telah diselenggarakan pada perguruan tinggi melibatkan murid berbakat the Study of Mathematically Precocious Youth (SMPY; see George & Stanley, 1979), meliputi beberapa penelitian pada dimensi kepribadian. Ini mempelajari secara khas membandingkan karakteristik kepribadian dari mempercepat keremajaan (SMPY program students) untuk menyamakan kemampuan yang bukan dipercepat.Umumnya, SMPY murid dan nonaccelerated murid perguruan tinggi brbakat mmperlihatkan tidak ada perbedaan di lokus dari kontrol (Swiatek & Benbow, 1991). Kedua akselerasi dan nonaccelerates memperlihatkan taraf positif dari harga diri (Swiatek, 1993), walau cepat mengagumi nilai diri sendiri mungkin sedikit lebih rendah (Richardson & Benbow, 1990).
Pada satu survei murid perguruan tinggi terhormat, 12. 5% meyakini itu stereotyping negatif dari murid terhormat dan satu image penganut faham elit di Pendidikan terhormat adalah kerugian mengambil bagian pada satu perguruan tinggi terhormat (McClung & Stevenson, 1988). Walau cacat dari giftedness adalah sering debat literatur (misalnya., Salib, Coleman, & Stewart, 1993), murid perguruan tinggi berbakat tampak tidak terganggu oleh pemufakatan ini, seperti beberapa ditemukan tak suka menurut adat di pembahasan penelitian. Ini menggambarkan dengan emisi sinis, walau barangkali tidak membawa kepada pemufakatan pada murid berbakat, membolehkan lantaran satu keengganan untuk mengambil bagian dalam postsecondary Pendidikan bakat. Tentu, banyak waktu pembahasan ini menyarankan kebutuhan untuk replika dengan generasi hari ini dari mahasiswa belum bergelar.

Sukses di Perguruan Tinggi
Pendidik niscaya berkepentingan sukses secara akademis mahasiswa belum bergelar berbakat. Kalau institusi pendidikan tinggi institusi dengan aktif merekrut individu ini, keterangan pada peramal dari sukses mungkin berguna untuk memperoleh kejelasan perspektif bagaimana murid ini akan membiayai di perguruan tinggi.
Titik rata-rata sekolah menengah (GPA) dan terbakukan nilai ujian masuk, seperti itu Yang Mengenai Pelajaran Test keserasian (SAT), umumnya diyakini bersifat prediksi sukses di perguruan tinggi. Bagaimanapun, bukti penelitian adalah sebenarnya sangat bercampur. Prestasi sekolah menengah dari murid terhormat telah ditemukan paling penting meramal sukses di perguruan tinggi (Wittig, Schurr, & Ruble, 1986). Sementara SAT Matematik membuat skore ramalan sukses di perguruan tinggi untuk perempuan berbakat, keseluruhan SAT-vrbal dan nilai Matematik ditemukan untuk meramalkan sukses perguruan tinggi minimally (McDonald & Gawkoski, 1979). Satu hubungan positif yang rendah ditemukan di antara keserasian akadmis dan pemenuhan sbelumnya (Baird, 1985).Dewan pengurus Perguruan Tinggi dan Bidang Test Pendidikan Melayani tunjangan satu berpengaruh korelasi yang nyata di antara perguruan tinggi dan keduanya nilai sekolah menengah susun dan nilai SAT (Willingham, Lewis, Morgan, & Ramist, 1990). Pada sisi lain, penelitian juga menyarankan bahwaprestasi akademis mempunyai sedikit andil untuk sukses atau prestasi berikutnya dalam hidup. Antara lain, Hoyt (1966)
dipertunjukkan dewasa itu pemenuhan punya sedikit korelasi dengan prestasi akademis di sekolah. Taylor, Albo, Holland, dan Brandt (1985) menemukan hasil serupa, menyarankan menyusun dan nilai test baku adalah prediksi lemah untuk profesional sukses. Di salah satu kemungkinan perkembangan belajar pada Pendidikan berbakat, Terman dan Oden (1959) tidak menemukan korelasi di antara prestasi kejuruan dan kemampuan intelektual pada orang-orang berbakat. Dan, walau mereka memiliki kecerdasan tes umum bersifat prediksi dengan prestasi tinggi, mereka yang tidak dapat memprediksi arah dari prestasi dan menyimpulkan bahwa prestasi disebut memiliki inteligensi tinggi.
Beberapa ukuran nonacademic mungkin bersifat prediksi dari sukses di perguruan tinggi untuk murid berbakat. Antara lain, House (1995) menyediakan bukti sikap itu, akademis termasuk konsep diri, meramalkan prestasi murid berbakat di kalkulasi perguruan tinggi. Demikian juga, Shaughnessy, Semprotan, Moore, dan Siegel (1995) menemukan tiga factors—privateness kepribadian (serupa dengan introversion), inteligen, dan emosional stability—to bersifat menandakan dari sukses di kalkulasi perguruan tinggi. Wittig et al. (1986) menemukan faktor kepribadian, seperti itu introversion, yang sebagaimana pentingnya persiapan akademis diramalkan sukses di perguruan tinggi. Dengan cara yang sama, murid idaman sukses, GPA idaman, dan diramalkan sejumlah upaya mereka akan menghabiskan akademis di perguruan tinggi yang telah ditemukan yang bersifat prediksi dari GPA perguruan tinggi (Platt, 1988).

Populasi istimewa
Upaya yang berpengaruh nyata difokuskan pada penelitian yang melibatkan populasi istimewa murid berbakat perguruan tinggi secara akademis, meliputi pengalaman murid dengan kecacatan belajar dan perempuan.
Cacat belajar. Seringkali,intelektual yang kurang dan kecacatan belajar mungkin saling merahasiakan satu sama lain, pembuatan identifikasi dari kemampuan dan penyandang cacat (Ferri, Gregg, & Heggoy, 1997; Ulang adalah, McGuire, & Neu, 2000). Kedua bakat intelektual dan cacat belajar mungkin tak ketahuan ke dalam karir akademisnya, setelah lama mereka telah mengembangkan suatu kebutuhan untuk jasa khusus yang berhubungan terhadap keduanya. Pertentangan ini sehubungan dengan variabilitas di nilai kognitif tes kecerdasan. Dengan kata lain, murid berbakat dengan satu cacat belajar mungkin menunjukkan satu pertentangan di antara lisan mereka dan nilai kinerja pada ukuran penilaian. Murid berbakat dengan cacat belajar cenderung mempunyai nilai lebih tinggi secara lisan dibandingkan murid yang tak berbakat dengan cacat belajar (Ferri et al.).
Penelitian mengindikasikan murid perguruan tinggi dengan cacat belajar, melalui dokter yang bekerja klinik mengidentifikasi penilaian pada satu kampus universitas, lebih mungkin diidentifikasi untuk pertama kali seperti mempunyai satu cacat belajar selama perguruan tinggi, daripada dibandingkan pada awal karier akademis mereka (Ferri et al., 1997). Sebagai tambahan, perempuan berbakat dengan cacat belajar mungkin diidentifikasi kemudian dibandingkan laki-laki berbakat dengan cacat belajar (Ferri et al.). Dengan demikian, murid perguruan tinggi dengan cacat belajar dan kemampuan taraf tinggi,terutama perempuan, kelihatannya mereka dapat menggeluti Pendidikan prakuliah dan bahkan dalam Pendidikan perguruan tinggi mereka tak banyak bantuan akademis.
Sepanjang jalur yang sama, satu murid berbakat dengan satu penyandang cacat, diidentifikasi melalui satu diagnosis dokter klinik dari kecacatan belajar dan beberapa ukuran ketidakbakatan (misalnya., IQ atau nilai tes prestasi), tidak mungkin menemukannya atau strategi ganti-rugi terbaiknya hingga perguruan tinggi (Reis et al., 2000). Strategi ganti-rugi adalah satu keperluan untuk murid perguruan tinggi berbakat dengan kecacatan belajar, seperti mereka diijinkan belajar dengan tenang (Real et al.). Dengan demikian, murid berbakat dengan cacat belajar boleh memerlukan bantuan ketika mereka memasuki perguruan tinggi, dan mereka tidak boleh menemukan strategi ganti-rugi bersifat membangun untuk membantu belajar mereka pada saat mereka memulai menjadi mahasiswa baru.
Genus. Literatur tubuh telah dikembangkan sejak lalu 15 tahun ada pengalaman pendidikan prakuliah yang berbeda, putera dan puteri dengann kemampuan berbakat (misalnya., Evans, 1996; Kerr, 1994; Reis, 1995, 1998; Reis & Callahan, 1989; Robinson, 1997). Penelitian masalah genus antara murid perguruan tinggi kurang lazim, tetapi beberapa pegangan pembahasan implikasi penting untuk pendidikan tinggi. Antara lain, para laki-laki dan perempuan mendaftarkan pada satu program perguruan tinggi terhormat adalah didirikan untuk harapan berbeda dengan menghormati pengalaman perguruan tinggi (Noldon & Sedlacek, 1998). Laki-laki diharapkan untuk mengetahui anggota fakultas dan menemukan mentor lebih dari perempuan, dan perempuan diharapkan untuk lebih banyak mengikuti komunitas layanan di perguruan tinggi dibandingkan laki-laki. Walau berbakat, gadis remaja ditemukan kurang tradisional di aspirasi karier mereka dibandingkan rata-rata rekan pendamping perempuan lainnya, seperti halnya liberal lebih ke arah peran perempuan harus bermain dalam hidup, dan laki-laki berlangsung menjadi lebih yakin pada pilihan mereka dengan utama, karier, dan masa depan mereka dibandingkan dengan perempuan (Gottsdanker, 1968; Mendez, 2000). Perempuan berlangsung menghadapi rintangan seperti kesulitan menjadi terbuka tentang kemampuan mereka dan panutan mereka dan sikap ragu-ragu keluarga terhadap kemampuan mereka (Mulia, 1987).
Perempuan terlihat seperti mengejar nilai kelulusan lebih besar dibandingkan di masa lalu (Hulbert & Schuster, 1993), tapi mungkin kemudian mereka mengejar dalam hidup dibandingkan pendamping laki-laki (Malaney & Isaac, 1988). Bahwasanya, perempuan berbakat adalah orang-orang yang kurang berbakat daripada laki-laki yang mempunyai rencana pendidikan secara langsung kurang seperti lulussekolah atau sekolah medis, mungkin sebab itu laki-laki lebih berbakat menghadapi masalah karier dan sekeluarga (Schroer & Dorn, 1986). Di pembahasan bujurnya dari valedictorians sekolah menengah, Arnold (1995) menemukan perempuan itu mungkin sebenarnya aspirasi karier mereka menurun karena mereka mengharapkan kesulitan alami digabung dalam karier dan sekeluarga. Bahwasanya, banyak perempuan ditemukan meninggalkan jurusan didominasi yang laki-laki, tidak karena akibat kesulitan akademis, tapi karena akibat antisipasi dari keibuan perdagangan berjangka. Dan masalah keluarga dapat sulit untuk perempuan berbakat, seperti perempuan ini sering melakukan parenting dengan intensitas hebat dan kepekaan dan mengasumsikan satu andil yang tidak sebanding dari keluarga (Prober, 1999; Ulang adalah, 1998).
Banyak penemuan ini mungkin berhubungan ke perbedaanperlakuan perempuan pendidikan tinggi, dengan tanpa melihat dari taraf kemampuan. Reis adalah (2001) baru-baru ini mencatat genus itu diskriminasi pada taraf perguruan tinggi adalah serupa dengan yang diamati di Pendidikan K–12: Perempuan diminta lebih sedikit dan kurang pertanyaan rumit oleh guru dibandingkan dengan laki-laki panutan mereka dan di situ sering akal dan tipu muslihat dan seksual, diantara pengalaman lain. Hall dan Sandler (1982) diidentifikasi 30 perilaku kerumitan itu diciptakan halangan pembangunan intelektual dan emosional dari perempuan di duniapendidikan tinggi, meliputi mencoba di humor, menanggapi tentang penampilan phisik, dan kekurangan dari interaksi keduanya di dalam dan di luar kelas. Walau tubuh ini dari penelitian melukiskan gambar, pembaca harus mencatat bahwa beberapa pembahasan ini belum terperinci melihat kepada pengalaman dengan murid perguruan tinggi berbakat, dimana pola diamati dari pengucapan.

Untuk mhasiswa berbakat
Literatur juga mengandung pembahasan pada karakteristik dan efektivitas dari program terperinci yang didisain untuk murid perguruan tinggi yang cemerlang, meliputi perguruan tinggi terhormat, awal program, penasehat karier, dan pribadi konsul.


Hormati Perguruan Tinggi
Program beasiswa berada diantara beberapa universitas dari perguruan tinggi terhormat. Sedikit statistik tersedia hubungan murid atau universitas yang mempunyai perguruan tinggi terhormat (Robinson, 1997), sebagai paling fokus penelitian pada program perorangan. Alumni Nasional Hormati Dewan terbit Peterson’s Honors Programs: The OfficialGuide of the National Collegiate Honors Council (Digby, 1999), yang ringkas menguraikan secara singkat komponen inti dari lebih dari 600 perguruan tinggi terhormat pada Amerika Serikat, namun tidak ada perbandingan atau evaluasi dibuat di antara program. Freyman (1998) dan German (1995) mendeskripsikan karakteristik dari individu perguruan tinggi terhormat diantara universitas umum dan beberapa karakteristik dari murid yang dilibatkan di program itu. Umumnya, perguruan tinggi paling terhormat menyediakan kelas lebih kecil dan perhatian lagi dan kontak dari fakultas dibandingkan satu murid berbakat akan mendapatkan universitas regular (Fischer, 1996). Berada di dalam satu perguruan tertinggi hormat biasanya juga termasuk asrama istimewa dan alam lingkungan belajar, seperti ruang bersantai (Noldon & Sedlacek, 1998).
Penghormatan perguruan tinggi terlihat seperti peralatan akademis dan pembangunan sosial dengan murid perguruan tinggi berbakat (German, 1995; Noldon & Sedlacek, 1998). Penelitian memperlihatkan tersebut, setelah 1 tahun, hormati freshmen yang punya tingkat yang lebih tinggi titik susunan tahun plonco merata-ratakan dibandingkan satu padanan perbandingan menggolongkan dan tinggi siswa perguruan nonhonors lain (Pflaum, Pascarella, & Duby, 1985). Murid menemukan keuntungan paling besar untuk mendaftarkan pada satu perguruan tinggi terhormat menantang dan kelas unik alami, kelas kecil ukuran, dan akademis umum lingkungan (McClung & Stevenson, 1988). Pendaftaran pada satu program terormat juga dihubungkan dengan diri perkembangan positif terkabar pada kritis pemikiran (Tsui, 1999).

Awal Masuk

Orang tua dan pendidik umumnya menganggap bahwa siswa yang masuk perguruan tinggi lebih cepat akan gagal secara akademis dan tidak dapat menyesuaikan, baik sosial dan emosional. Mereka menganggap bahwa masuk di usia muda, sering dikaitkan dengan
ketidakdewasaan, akan menghambat keberhasilan akademik dan sosial di sekolah. Kenyataannya, penelitian telah menunjukkan bahwa masuk lebih cepat umumnya berhasil secara akademis (Brody dkk., 1990; Janos, Robinson, & Lunneborg, 1989; Olszewski - Kubilius, 1995; Swiatek & Benbow, 1991) dan pada umumnya dapat menyesuaikan dengan baik, baik emosi dan sosial (Cornell, Callahan, & Loyd, 1991; Janos et al.). Bahkan di salah satu pertama-awal masuk dalam percobaan yang dilakukan negara olehFord Foundation yang dimulai pada 1951 (Dana untuk Kemajuan Pendidikan, 1957), pelajar yang ditemukan mencapai rata-rata yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya yang lebih tua dan merasa bahwa program tersebut meningkatkan pembangunan sosial dan emosional mereka. SMPY dalam penelitian, secara cepat melaporkan tinggi diri dan umumnya belum ada kesulitan sosial atau emosi(Benbow & Richardson, 1990). Kegagalan awal masuk pasti ada, tapi sastra menunjukkan bahwa siswa tersebut berada di minoritas. Alasan yang paling umum untuk memutuskan masuk perguruan tinggi lebih awal adalah keinginan yang kuat untuk akademik tantangan dari satu dapat diterima dilembaga pendidikan sebelumnya (Drummond & Noble, 1992). Sekolah tinggi sering tidak mampu menawarkan siswa berbakat secara akademik stimulasi yang mereka butuhkan untuk berkembang intelektual. Paling awal masuk yang senang dengan keputusan mereka untuk masuk ke perguruan awal dan dapat menemukan tantangan yang mereka butuhkan (Noble & Drummond; Olszewski-Kubilius, 1995), meskipun dalam peninjauan kembali, beberapa siswa akan memiliki pilihan untuk kurang mempercepat(Noble,Robinson, & Gunderson, 1993). Awal masuk-program yang memberikan transisi tahun tampak ada siswa yang paling berhasil, dan siswa yang masuknya paling muda, yang lebih penting transisi tahun menjadi (Olszewski-Kubilius, 1995). Yang besar Tingkat lanjut Penempatan jumlah kredit (Brody dkk., 1990), baik belajar keterampilan, waktu yang baik pada keterampilan manajemen (Schumacker, Sayler, & Bembry, 1995), motivasi tinggi, lanjutan prestasi, dan konsep diri yang baik (Sisk, 1988) telah diidentifikasi sebagai prediksi keberhasilan dalam program awal masuk.

Konseling Karir

Sebagaimana dicatat sebelumnya, sebagian besar literatur yang tersedia menyangkut program akademis kampus berbakat melibatkan siswa penelitian di karir dan konseling kejuruan. Banyak dari studi ini melibatkan evaluasi program tertentu (lihat Schroer & Dorn, 1986). Meskipun sastra lebih kuat di bidang konseling karir dibandingkan beberapa daerah lain yang terkait dengan mahasiswa berbakat, dan walaupun berbakat mahasiswa diketahui memiliki karir perencanaan kebutuhan yang unik, seperti pilihan pekerjaan yang terbatas, keraguan, identitas formasi kejuruan, kekurangan pekerjaan yang berarti, pilihan pekerjaan awal, tekanan dari orang lain yang signifikan, dan kebutuhan akan pekerjaan model panutan (Stewart, 1999), biasanya konseling karir membantu siswa berbakat dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan pada kebanyakan siswa (pembungkus & Berry, 1986). Beberapa membantu karena biasanya ditemukan akan lebih baik daripada tidak bantuan sama sekali, mahasiswa berbakat sering menunjukkan minat yang terkuat pada konseling karir(Kerr & Colangelo, 1988) dan telah menunjukkan manfaat dari itu(Schroer & Dorn, 1986). Secara khusus, mahasiswa berbakat lebih terstruktur konseling karir dan jenis kelompok yang sama (Kerr, 1986). Sebagai multipotentiality mungkin akan menjadi masalah bagi beberapa mahasiswa berbakat, karir dan kejuruan konseling dapat bermanfaat dalam pengembangan tujuan dan identitas di dalam masalah siswayang beranekaragam(Kerr & Erb, 1991).

Konseling Pribadi

Mahasiswa berbakat harus tidak hanya menghadapi masalah-masalah umum untuk semua mahasiswa, seperti pulang ke rumah dan meningkatkan kemandirian, tetapi mereka juga harus menguasai menyangkut masalah-masalah yang berbakat, seperti kesempurnaan dan takut akan kegagalan (Ford, Webb, & Sandidge, 1994) dan kesukaan pada diri sendiri yang kacau(Glickauf-Hughes, Wells, & Genirberg, 1987). Banyak perguruan tinggi menawarkan konseling pribadi bagi siswa, seringkali melalui pusat kesehatan universita, tetapi mereka jarang menawarkan layanan konseling pribadi khususnya untuk siswa mereka yang berbakat. Bahkan, Myers dan Pace (seperti dikutip di Ford & Harris, 1995) ditemukan pada tahun 1986 bahwa hanya dua perguruan tinggi di Amerika Serikat yang menyediakan konseling pribadi khusus untuk siswa berbakat. Delapan belas tahun kemudian, satu pertanyaan apakah ini akan memiliki nomor berubah atau tetap sama, tetapi sastra tidak memberikan wawasan yang sama. Sedikit usaha sedang dibuat untuk bekerja dengan siswa berbakat dalam scenario konseling pribadi (Schroer & Dorn, 1986), meskipun ada beberapa peneliti menekankan pentingnya pribadi atau kelompok konseling berbakat akademis untuk mahasiswa di penyesuaian kehidupan universitas (misalnya, Ford & Harris, 1995; Schroer & Dorn, 1986), terutama bagi perempuan (Noble, 1987) dan para siswa yang secara ekonomis mungkin generasi pertama mahasiswa (Olszewski - Kubilius & Scott, 1992). Masalah nyatanya adalah bahwa konselor universitas secara umum tidak terlatih untuk bekerja dengan siswa yang sangat berbakat. Misalnya, dan Ford Harris menemukan bahwa mayoritas Konselor sampel di sekolah mereka tidak pernah menerima pelatihan dalam bekerja dengan siswa sangat berbakat, dengan lebih dari 89% dari 80 konselor yang tidak pelatihan spesifik yang unik konseling kebutuhan siswa berbakat akademis. Konselor yang sama juga percaya untuk memberikan pelayanan yang sama dengan yang berbakat, walaupun mereka ragu-ragu mengenai isu-isu psikologis yang mungkin dihadapi siswa berbakat dan mereka tidak setuju bahwa siswa berbakat mungkin memiliki masalah sosial karena bakatnya. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa berbakat harus mencari pengobatan dan pembelaan untuk kebutuhan mereka yang unik sekali melakukan perawatan ini. Konseling pribadi untuk berbakat tampaknya tidak kuat dalam lingkungan universitas.
Kesimpulan
Kita mulai mengulang ini dengan keinginan untuk menentukan sejauh mana perkembangan tren dengan muda berbakat gambaran siswa dalam pengalaman tua mahasiswa. Meskipun kekurangan penelitian membuat perbandingan langsung sulit, beberapa praktek dan empiris implikasi muncul dari sastra. Mulai sekolah pada akhir masa remaja dapat membawanya dengan penyesuaian masalah yang ada dengan mahasiswa yang rentan, meskipun dia tidak berbakat. Menghadapi masalah ini termasuk pulang ke rumah (Brown & Christiansen, 1990; Guinagh, 1992; Pancer & Hunsberger, 2000); peningkatan rasa kemerdekaan dan tanggung jawab (Santrock, 1998), dan pemisahan secara umum, transisi, dan inkorporasi terlibat dalam penyesuaian perguruan tinggi dengan budaya (Buchanan,1993). Mahluk hidup berbakat memiliki potensi untuk mempertajam masalah ini, sejak banyak akademisi berbakat siswa merasa nyaman dengan, dan mungkin tergantung, dan strategi dukungan jaringan mereka yang telah diizinkan untuk mencapai keberhasilan pendidikan (Hannell,1991; Hillyer, 1988; Willings, 1985). Menghapus dukungan ini dan menghadapi meningkatnya persaingan (misalnya, The Big-Ikan Little Pond Efek; Marsh et al., 1995) dapat mengakibatkan permasalahan yang unik yang sebagian besar tidak pernah ditemui dibawah pendidikan. Ini adalah salah satu alasan mengapa Nasional Alumni Honors Council (1994) merekomendasikan sepenuhnya program harus memberikan pujian khusus siswa akademik konseling yang unik dari konseling karir untuk sisa universitas. Mahasiswa berbakat menunjukkan ketertarikan yang kuat dalam konseling karier dan juga telah menunjukkan keuntungan dari konseling karir, tetapi biasanya ini dilakukan sedikit untuk membantu siswa dengan cara yang terkait dengan masalah tingkat kemampuan mereka. Perguruan tinggi yang menyediakan konseling karir khusus siswa berbakat perlu dievaluasi agar perguruan tinggi lainnya dan konselor dan praktik terbaik untuk belajar dan mencontoh dari mereka. Pelatihan pendidikan berbakat juga dapat membantu konselor yang ingin memberikan layanan untuk siswa sekolah berbakat. Tentang penerimaan dan identifikasi masalah, kepribadian yang tidak dimengerti dan karakteristik muncul lebih penting dalam prediksi keberhasilan di perguruan tinggi selain melakukan SAT nilai dan GPA, menurut literatur ini diperiksa. Namun, penerimaan ke universitas dan masuk program khusus sebagian besar didasarkan pada tujuan data, seperti yang diberikan oleh nilai-nilai dan standar pencapaian tes. Seperti kebanyakan program, sebuah program menghormati keinginan siswa untuk melakukan yang baik dan kontribusi untuk program dan universitas secara keseluruhan. Dengan demikian, akan muncul pujian sesuai untuk program termasuk besar kesadaran penilaian mereka diperlukan dalam penerimaan bahan. Penelitian harus ditujukan untuk mencari atau mengembangkan kesadaran penilaian seperti itu dalam rangka memberikan lebih baik untuk kesejahteraan siswa berbakat untuk menerapkan kehormatan dan untuk memastikan penempatan yang sesuai.
Direksi Pengembangan Mutu
Dalam melakukan penelitian ini, kami terkejut atas kekurangan topic pada penelitian. Pendidik tidak cukup tahu banyak tentang mahasiswa berbakat seperti yang mereka lakukan tentang anak berbakat atau bahkan orang dewasa berbakat, sehingga membuka berbagai kesempatan penelitian. Memang, daftar daerah terkait yang telah menerima sedikit perhatian dari pendidikan peneliti di tingkat dasar (namun ada menerima perhatian dari peneliti tertarik awal pendidikan) akan panjang. Daripada yang mengulang daerah penelitian yang dibahas sebelumnya dalam makalah ini, di bagian ini, kami mengidentifikasi daerah-daerah yang lebih luas dari topik yang perlu dari perhatian.

Pengembangan Kemampuan Pendidikan Siswa

Selain dari pengalaman lucu, dan peneliti, pendidik relatif menyadarinya dari pengalaman mahasiswa berbakat dalam program khusus, baik selama dan setelah pengalaman sarjana mereka. Sekolah berbakat menghadapkan siswa kepada berbagai program pilihan mereka selama tahun-tahun sekolah, termasuk spesifik pujian program, universitas dan organisasi klub, dinding olahraga, dan lain-lain. Beberapa penelitian yang ada di tingkat sarjana muda merencanakan dan pengalaman siswa berbakat (misalnya, Arnold, 1993; Malaney & Ishak, 1988) dan secara khusus pada awal masuk(e.g., Stanley, 1985; Stanley & Benbow, 1983), namun banyak penelitian ini menjadi bukan tanggal. Peneliti tidak tahu bagaimana pemrograman, apakah tanda-tanda jasa yang dirancang untuk siswa atau tidak, adalah pujian yang diterima oleh siswa dan bagaimana program ini mempengaruhi pembangunan siswa. Sebagai contoh, penelitian telah menunjukkan bahwa siswa memperoleh manfaat dari partisipasi dalam pujian pemrograman (misalnya, McClung & Stevenson, 1988), tetapi bagaimana atau mengapa mereka tidak mendapatkan manfaat yang dipahami sepenuhnya. Informasi tentang perkembangan bakat minoritas dan mahasiswa internasional sangat sulit untuk ditemukan, walaupun pentingnya jenis penelitian ini untuk dicatat(Arnold, 1993, 1995). Banyak penelitian harus normatif yang bertujuan untuk pengembangan akademis mahasiswa berbakat dan bagaimana program dapat membantu mereka dalam akademik, sosial, dan pertumbuhan emosional.

Isolasi vs Integrasi

Mahasiswa berbakat yang berpartisipasi dalam program pujian biasanya disediakan terpisah dengan aturan perumahan dan lingkungan belajar, seperti daerah belajar dan lounge (Noldon & Sedlacek, 1998). Bagaimana ini pemisahan dari lingkungan universitas umum mempengaruhi siswa berbakat tidak dapat belajar secara menyeluruh. Sebagai contoh, karena pemisahan, ada label efek kehormatan bagi siswa dalam program? Apakah siswa berbakat dapat menerima manfaat dari pemisahan ini? Kelanjutan sosial dari pemisahan dari mahasiswa dapat bermanfaat atau berbahaya baik untuk siswa berbakat, sebagai siswa berbakat mungkin memiliki potensi untuk menjadi teman hanya dengan siswa berbakat lain jika ini adalah satu-satunya orang yang mereka kenal secara rutin. Di sisi lain, walaupun pandangan dari berbakat mungkin diikuti siswa perguruan tinggi, siswa berbakat mungkin mulai melihat ini sebagai pandangan label yang positif karena sebelumnya mereka berhubungan dengan perguruan tinggi dalam karir. Intelijen dan prestasi mungkin tidak akan dianggap negatif, karena sering berada di tengah atau sekolah tinggi, sehingga memungkinkan siswa berbakat untuk berteman dengan siswa tidak berbakat. Sayangnya, penelitian, saat ini tidak memberikan informasi tentang salah satu pertanyaan atau kemungkinan.
Efektivitas Pemrograman
Kami sangat terkejut atas kurang dipublikasikan evaluasi berbagai bentuk program sekolah untuk siswa cerah. Banyak artikel dan buku-buku yang ada hanya menjelaskan program-program khusus atau laporan tentang evaluasi salah satu program (dan sering hanya satu segi program yang sempit). Walaupun informasi ini dapat membantu pendidik, yang lebih komprehensif berdasarkan informasi tentang program yang berbeda, seperti studi yang membandingkan dan program berbeda, dan akan memberikan pendidik dan administrator untuk bekerja dengan lebih banyak. Hanya sebagai informasi pada model kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, program konseling dan mentoring, dan sebagainya ada tentang dasar pendidikan siswa berbakat, maka harus ada informasi berkenaan dengan perguruan tinggi tentang pembelajaran berbakat.

Isu Administrasi

Dampak kelebihan berbasis beasiswa dan bantuan keuangan yang sering digunakan untuk menarik siswa berbakat untuk lembaga-lembaga tertentu juga kejelasan hilang dari sastra. Banyak siswa berbakat diberikan beasiswa sebagian atau penuh untuk masuk dalam program perguruan tinggi, namun para peneliti dan pendidik yang relatif menyadarinya dari efek dari uang yang pada siswa pendidikan tinggi ini. Misalnya, siswa berbakat yang diberikan beasiswa memiliki ingatan yang lebih baik dan tingkat kelulusan lebih tinggi dari siswa berbakat tanpa beasiswa? Apakah siswa berbakat dengan beasiswa mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada siswa yang lain? Banyak beasiswa diberikan berdasarkan prestasi akademik, tetapi seperti yang kita dicatat sebelumnya, prestasi akademik tinggi di sekolah tidak menjamin kesuksesan di perguruan tinggi atau nanti dalam kehidupan. Penelitian tentang pendidikan sekolah berbakat membutuhkan untuk meneliti masalah ini secara lebih mendalam dalam memungkinkan untuk memaksimalkan manfaat dari beasiswa yang diberikan setiap tahun.
Pendidikan peneliti sangat sedikit tahu tentang karakteristik fakultas dan staf yang terlibat dengan Program sarjana untuk siswa berbakat (Shepherd & Shepherd, 1996). Informasi ini akan sangat berharga mengingat fakta bahwa fakultas dan staf mungkin bekerja sama dengan paling berbakat ditingkat pendidikan bawah. Dengan ditingkat pendidikan secara umum, pentingnya keterlibatan dengan fakultas untuk keberhasilan akademis telah berulang kali diakui (Astin, 1984; Pascarella & Terenzini, 1991). Apakah yang sama terus berlaku untuk dibawah pendidikan berbakat?Juga, jurusan apa yang menarik anggota untuk bekerja dengan siswa berbakat? Apakah banding dari batang asli minat siswa berbakat, atau anggota fakultas di akhir pujian sepenuhnya program dari kesempatan? Memahami pujian fakultas dan administrator merupakan langkah besar menerobos pemahaman lebih lanjut tentang mahasiswa berbakat.
Penyelesaian
Pada tahun 1968, Gilbert menerima pujian mahasiswa dari perguruan tinggi, "Saya ingat tampilan dari sekolah-sekolah tinggi yang hormat, guru yang ramah dan bersahabat, yang terbaik dapat menghidupi diri sendiri, yang paling tidak memerlukan perawatan dari guru mereka. Ini seolah-olah pengajara praktik obat dimana yang sehat adalah sedikit perhatian "(hal. 193). Lebih dari tiga decade kemudian, muncul sikap yang sama untuk tetap pada kebanyakan kampus. Mahasiswa berbakat tidak hanya belajar sesering atau sebanyak mungkin sebagai anak-anak dan remaja berbakat. Pendidik dan mungkin peneliti percaya mahasiswa berbakat dapat menangani diri karena mereka dianggap sebagai orang dewasa dan yang remaja dan anak-anak berbakat masih rentan dalam perkembangan. Atau mungkin pendidik dan peneliti percaya itu, sejak perguruan tinggi dapat menyediakan siswa berbakat dengan tantangan akademis mereka selalu diinginkan, maka mereka harus mampu mencapai mereka sendiri. Namun, kami percaya bahwa ada cukup bukti untuk mendukung kepercayaan mahasiswa berbakat yang memiliki intelektual dan penting kebutuhan sosial yang berbeda dari orang-orang yang rata-rata kemampuan perguruan siswa. Terdapat sedikit bukti bahwa ini adalah kebutuhan sedang kami bertemu di sekolah umum dan perguruan tinggi. Jadi banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam hal ini semakin penting daerah. Untungnya, literatur yang ada bagi yang muda berbakat pada siswa menyediakan kerangka kerja untuk menyelidiki masalah ini secara menyeluruh. Pendidik dan peneliti dari berbagai bidang, termasuk psikologi, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, perlu untuk bekerja bersama-sama untuk menentukan cara terbaik untuk mendukung dan mendorong kemampuan yang dimiliki mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar