Senin, 25 Mei 2009

Buku Kerja Multiple Intelligences

1. Teori Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan telah berkembang menjadi alat yang digunakan dengan antusias oleh para pendidik dari seluruh dunia. Teori Kejerdasan Majekuk (KM) memberikan penekatan pragmatis pada bagaimana kita mendefinisikan kecerdasan dan mengajari kita memanfaatkan kelebihan siswa untuk membantu mereka belajar. Melalui KM, sekolah dan ruang kelas menjadi tempat yag didalamnya pelbagai kecakapan dan kemampuan dapat digunakan untuk belajar dan memecahkan masalah.
- Sejarah Intelligence Quotient (IQ)
Di Paris, pada awal tahun 1990-an, Alfred Binet diminta mengembangkan alat yang dapat mengenali anak-anak dengan keterbelakangan mental dan membutuhkan bantuan ekstra. Saat itulah, tes kecerdasan standard yang pertama di dunia lahir. Kemudian peneliti lain mengembangkan penelitian ini dengan memberikan pertanyaan kepada anak-anak lalu mencataat hasil jawaban yang diberikan oleh anak-anak, dari informasi ini kemudian dirancang sebuah tes yang akan membedakan tingkat pengetahuan siswa, disusun sedemikian rupa sehingga skor 100 akan menunjukkan kecerdasan rata-rata.
Tentu saja hal ini omong kosong, karena bagaimana mungkin seluruh kemampuan dan potensi seseorang dapat digambarkan oleh sebuah tes, apalagi sebuah angka?
- Penyalahgunaan dan Penggunaan Berlebihan Tes IQ dan Tes Standar Lainnya
Penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan terjadi karena tes IQ mudah digunakan, murah, dan diterima (bahkan ditunggu-tunggu) oleh masyarakat. Hampir orang tua pernah melakukan tes tersebut, sehingga mereka menganggap anak mereka juga perlu melakukan hal yang sama.
Kelebihan tes standard adalah bahwa tes ini dapat diandalkan, memberikan skor yang sama sepanjang waktu, dan dapat dibandingkan walaupun dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda. Kelemahannya adalah bahwa tes ini belum tentu abash. Masalah terbesar dari standard dan model IQ adalah tes-tes ini mengukur kecerdasan secara sempit, jadi hanya sedikit kemampuan murid yang dinilai, yaitu kecerdasan akademis saja, terutama kecerdasan berbahasa dan logika matematika.
Karena tes standard sangat terfokus pada kecerdasan akademis, tes ini dapat memperkirakan keberhasilan anak disekolah di masa mendatang. Akan tetapi, keberhasilan di dunia nyata mencakup lebih dari kecakapan berbahasa dan logika matematika. Oleh karena itu, tes standard menawarkan informasi prakiraan yang kurang membantu tentang keberhasilan dalam kehidupan.
- Model Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai dalam suatu budaya, Gardner mengembangkan seperangkat kriteria untuk menentukan serangkaian kecakapan yang membangun kecerdasan. Kriteria ini difokuskan pada menyelesaikan masalah dan menciptakan produk, dan didasarkan pada fondasi biologis dan aspek psikologis dari kecerdasan jika memenuhi beberapa (tidak perlu semua) kriteria dibawah ini:
1. Memiliki potensi untuk terisolasikan karena kerusakan otak.
2. Ditunjukkan dengan keberadaan orang idiot-genius , berbakat, dan individu luar biasa lainnya yang memperlihatkan tingkat kecakapan tinggi pada satu bidang.
3. Memiliki proses inti atau seperangkat proses yang dapat dikenali.
4. Memiliki sejarah perkembangan yang berbeda, berikut serangkaian kinerja puncak yang bisa didefinisikan.
5. Memiliki sejarah evolusioner atau probabilitas evolusioneer.
6. Didukung oleh uji psikologis.
7. Didukung oleh temuan-temuan psikometrik.
8. Memiliki kelemahan terhadap pengodean dalam system symbol.
Definisi kecerdasan yang didukung oleh kriteria-kriteria tersebut sangat berbeda dari definisi kecerdasan yang digambarkan dalam tes standard dan tes bakat. Semantara definisi kecakapan tradisional berfokus pada pengetahuan dan kecakapan lembam yang hanya berguna di sekolah.
Tentu saja Gardner bukanlah orang pertama yang mengemukakan bahwa ada lebih dari satu kecerdasan. Beberapa dekade lalu, J.P. Guilford menciptakan Struktur Kecerdasan, sebuah model yang mengiden tifikasi lebih dari 90 macam kapasitas intelektual. Robert Sternberg juga telah mengembangkan Triarchic Theory of Intelligence, yang mengandung tiga bentuk kecerdasan.

- Kecerdasan Majemuk di Sekolah
Teori Kecerdasan Majemuk Gardner bergema sangat kuat di kalangan pendidik karena menawarkan model untuk bertindak sesuai dengan keyakinan kita yakni: semua anak memiliki kelebihan. KM adalah sebuah model yang mengutamakan siswa dan kurikulum sering dimodifikasi agar sesuai dengan siswa. Alih-alih mengandalkan filter bahasa dan meminta siswa menulis untuk menunjukkan pemahaman dan pengetahuan mereka, guru yang menggunakan KM bias mendorong siswa menggunakan kelebihan mereka untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
Tidak ada cara tunggal yang benar untuk menerapkan KM. Tak adanya jalan tunggal untuk penerapan merupakan salah satu sisi menarik model ini, tetapi juga merupakan salah satu kelemahannya. Namun kebebasan ini juga bias berarti, KM mungkin saja disalahterapkan.

2. Perjalanan New City School
Di New City School, teori KM bermakna lebih dari sekadar teori tentang kecerdasan. KM telah menjadi filosofi pendidikan dengan segala implikasinya terhadap peran pendidik, orangtua, dan anggota masyarakat. Barangkali cara terbaik untuk menggambarkan hasil penerapan KM di New City School adalah melalui komentar seorang siswa, ketika seorang siswa ditanya, “Kamu suka bersekolah di New City School?” menjawab, “Suka sekali, tetapi aku tidak pernah tahu kapan aku sedang belajar dan kapan aku cuma bermain.” Respon itu menunjukkan bagaimana KM dapat menjadi sarana ampuh untuk memacu perkembangan siswa.
Perjalanan New City School menjadi sekolah KM dimudahkan karena teori KM didukung oleh prinsip-prinsip sekolah, yaitu bahwa:
• Semua anak memiliki bakat.
•Seni punya peran penting.
•Siapa diri anda lebih penting daripada apa yang anda ketahui.
- Dimulai dengan Kelompok Baca
Ketika pertama kali bertemu sebagai kelompok, kepala sekolah memulai dengan memberikan rangkuman buku dari Frames of Mind (Gardner,1983), lalu kepala sekolah berbicara tentang mengapa teori ini sangat berarti untuk sekolah, dan bagaimanna kepala sekolah terdorong untuk mengkaji apa yang sekolah lakukan untuk membantu siswa berkembang secara maksimal. Walaupun telah membaca buku secara bersama-sama, ini adalah proses baru untuk staf pengajar. Jadi,kepala sekolah memberikan panduan untuk kelanjutannya. Kepala sekolah mengusulkan agar anggota kelompok membaca buku Gardner dan secara bergantian mempresentasikan satu bab di depan kelompok dan memfasilitasi diskusi. Dan kepala sekolah juga menyarankan untuk meyiapkan pertanyaan yang dibagikan sebelum pertemuan dimulai; ini menunjukkan kecenderungan kepala sekolah pada kecerdasan berbahasa. Lalu seorang guru mengusulkan untuk menggunakan kecerdasan yang berbeda-beda saat mempresentasikan buku sesuai dengan bab yang dibaca. Lalu kepala sekolah menamai kelompok tersebut dengan Talent Committee/Panitia Bakat.
Menggunakan berbagai kecerdasan sembari mempelajarinya dengan sepat mewujudkan teori menjadi pengalaman nyata dan membuka gerbang menuju penggunaan KM di kelas. Satu manfaat tambahan yang terasa agak menyakitkan timbul dari usaha mencoba seluruh kecerdasan, karena semua anggota kelompok diingatkan bagaimana rasanya berprestasi buruk atau bahkan gagal. Kebanyakan anggota kelompok sukses karena menggunakan kecerdasan terkuat yang dimiliki; sebaliknya, biasanya kita menghindari kegiatan yang membutuhkan kecerdasan terlemah kita.
Setiap anggota kelompok wajib menggunakan seluruh kecerdasan untuk mempelajari bab-bab Frames of Mind. Ketika kelompok mulai membaha tentang berbagai macam kecerdasan dan bagaimana pengetahuan mengenai kecerdasan dapat digunakan untuk memodifikasi kurikulum dan pengajaran, seorang guru menyatakan bahwa kami telah melakukan beberapa hal yang mendukung KM. Alih-alih berfokus hanya pada apa yang tidak kami lakukan, kami memutuskan membuat daftar untuk setiap kecerdasan yang merekam hal-hal yang sedang kami lakukan. Kami juga membuat daftar hal-hal yang bisa dan seharusnya kami lakukan.
- Mengajak Semua Orang Ikut Serta
Menjelang akhir pertemuan Panitia Bakat seorang anggota menyuarakan kerisauannya tentang kekhawatiran akan kerenggangan antara Paniti Berbakat dan guru yang tidak bergabung, sehingga dalam pertemuan berikutnya, Panitia Berbakat sengaja merancang strategi untuk menghindari perpecahan staf. Pertama, ditegaskan bahwa keanggotaan Panitia Bakat selalu terbuka dan setiap orang boleh bergabung kapan saja. Kedua, pada setiap rapat mingguan staf dan dalam buletin periodik, dikemukakan apa yang telah dipelajari dan didiskusikan oleh Panitia Bakat. Seluruh anggota Panitia Bakat mencoba untuk tidak hanya berbagi informasi tertentu, tetapi juga berbagi antusiasme tentang potensi yang kami lihat dalam KM.
Pada hari ini, lebih dari satu dekade setelah kami membaca Frames of Mind, penggunaan KM telah merubah sekolah kami . KM telah mempengaruhi kurikulum dan pengajaran, system penilaian, hubungan kami dengan orang tua siswa, dan kolegialitas di antara kami.
- Kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar
Menggunakan KM berarti siswa diberi kesempatan menggunakan kecerdasan selain kecerdasan berbahasa dan logika matematika di kelas. Sekolah menghargai keahlian mereka dan tidak ingin menggantikan mereka, tetapi sekolah berusaha memberikan peluang kepada siswa untuk menggunakan kecerdasan terkuatnya dalam mempelajari materi pelajaran dan kecakapan tradisional. Hampir tidak ada pelajaran yang memiliki kesemua pintu dari delapan kecerdasan majemuk, tetapi selalu ada alternative untuk mengekspresikan pemahaman selain dengan pendekatan tradisional melalui kecerdasan berbahasa.
Di tengah-tengah kreativitas penerapan KM, tetap ada tempat untuk penguasaan fakta-fakta hafalan, membaca, menulis, dan berhitung. Menggunakan KM memberi kami lebih banyak sarana untuk membantu siswa belajar dan menjadikan belajar lebih menarik. Apa yang dimaksud KM, yang terutama, adalah siswa dipandang sebagai individu yang unik. Pendekatan KM nerarti mengembangkan kurikulum dan menggunakan pengajaran yang sesuai dengan minat dan bakat siswa. Sekolah mulai menggunakan tema tahunan untuk seluruh sekolah bersamaan dengan sekolah mulai menggunakan KM. Sekolah merasa pengajaran tematis akan menawarkan kesinambungan dan membuat belajar lebih berarti, serta sangat mendukung usaha kami memasukkan KM ke dalam kurikulum dan pengajaran.
- Sistem Penilaian
Menggunakan KM dalam kurikulum dan pengajaran berarti bahwa siswa belajar dan menunjukkan pemahaman mereka dengan berbagai cara. Sekalipun system penilaian tradisional memiliki peran sendiri, tes seperti itu membatasi respon siswa pada berbagai kecerdasan saja. Dengan membatasi siswa menjawab hanya secara tertulis atau mengandalkan kecakapan berbahasa mereka, guru bias mengetahui kemampuan siswa dalam bahasa dan menulis juga. Tetapi itu berarti mengabaikan pemahaman siswa terhadap budaya dan sejarah dengan cara lain. Proyek, pameran, presentasi, dan portofolio, banyak digunakan siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan menggarap proyek bersama-sama, siswa juga mengembangkan kecerdasan personal,sembari mereka mempelajari materi dan aneka kecakapan.
- Hubungan dengan Orang Tua Siswa
Karena sekolah menggunakan KM, kami berkomunikasi dengan orangtua siswa dengan cara mengirimkan catatan mingguan kepada orangtua, demikian pula guru kelas. Surat-surat ini memberitakan kegiatan dan program yang akan dating, juga mendiskusikan kurikulum dan apa yang sedang dipelajari anak. Sekolah juga berkomunikasi dengan orang tua melalui peragaan karya siswa dan pemerian tugas di koridor dan dinding sekolah.
- Kolegialitas Staf Pengajar
KM membantu menyadari bahwa kita semua memiliki profil kecerdasan yang berbeda-beda, tidak hanya belajar dengan cara berbeda tetapi bahkan mengajar dengan cara berbeda pula. Tim pengajar menjadi lebih dari sekedar sekelompok orang bekerja sama memberikan dukunganemosional, menggunakan KM berarti bahwa tim mulai memanfaatkan keahlian dan minat setiap anggota untuk merancang kurikulum dan pengajaran.
- Pekerjaan dalam Progres
Meskipun sekolah mencapai kemajuan, perjalanan sekolah masih panjang untuk menjadi sekolah yang diinginkan. Sekolah terus bergulat dengan tuntutan keras akan tenaga dan waktu untuk membuat dan mengembangkan kurikulum serta sistem penilaian dan juga untuk mencapai target-target sekolah yang tidak pernah berkurang.

3. Kolegialitas: Belajar dan Tumbuh Bersama
Kolegialitas berarti para pendidik saling bekerja sama dan belajar satu sama lain sebagai rekan kerja atau mitra. Barth (1990) meyakini bahwa factor terpenting yang menentukan kualitas sekolah adalah sifat hubungan antar orang-dewasa di dalam sekolah tersebut. Hubungan produktif melibatkan lebih dari lingkungan kerja yang menyenangkan.
Betapapun ampuhnya teori KM dalam mengubah cara pandang pendidik terhadap siswa, kecil kemungkinan sekolah berhasil menggunakan KM dengan produktif tanpa tingkat kolegialitas yang tinggi. Pada sekolah KM, kolegialitas sangat penting terutama karena pendidik menyusun kurikulum, merancang strategi pengajaran, dan menciptakan teknik penilaian. Guru dan pengelola administrasi sekolah bekerja sama untuk membangun strategi yang mencerminkan asumsi-asumsi mereka dan menghargai konteks unik tempat mereka bekerja.
- Mengapa Kolegialitas Sulit Tercapai?
Ada empat alasan utama:
1. Siswa adalah fokus usaha kita.
2. Tren pendidikan baru, yang berarti belum terjamin, dianggap meragukan dan berisiko.
3. Kebanyakan sekolah tidak dirancang untuk saling bekerja sama dan kolegialitas.
4. Sekolah tidak dikelola untuk mendukung kolegialitas.
Semua faktor tersebut bersama-sama menciptakan lingkungan yang didalamnya orang dewasa belajar sendiri-sendiri. Padahal, kita sudah tahu bahwa siswa belajar terbaik ketika mereka saling bekerja sama.
- Kolegialitas: Salah Satu Jalur Menuju KM
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, teori KM bukan sebuah kurikulum. Karenanya, ada kesempatan untuk setiap guru menggunakan KM dengan cara yang menghargai keunikan mereka. Itu sebabnya, keberhasilan penerapan KM berarti bahwa sekolah menjadi “organisasi pembelajaran”, seperti yang diistilahkan oleh Peter Senge (1990).
Roland Barth (1990) menawarkan empat cara agar para pendidik dapat bekerja sebagai mitra: (1) guru dan pengelola administrasi bersama-sama membicarakan perkembangan dan kebutuhan siswa, (2) guru dan pengelola administrasi bekerja bersama menyusun kurikulum, (3) guru dan pengelola administrasi mengamati satu sama lain ketika mengajar, dan (4) guru dan pengelola administrasi saling mengajari.
- Perkembangan dan Kebutuhan Siswa
Untuk menggunakan KM dengan efektif, guru perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan kecerdasan setiap siswa. Dengan mengenali setiap siswa, guru dapat merancang kurikulum dan memberikan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan kekuatan mereka, meskipun beberapa pelajaran akan menawarkan delapan jalur menuju pembelajaran. Untuk mengenali siswa, guru perlu mengatur waktu untuk berbagi informasi dan belajar dari persepsi guru lain.
KM menjadi satu cara untuk menyesuaikan pengajaran dengan setiap individu, memandang dan membicarakan murid-murid dari perspektif KM memungkinkan kita untuk melihat bagaimana setiap murid itu unik. Kita perlu mengetahui bagaimana siswa belajar terbaik agar dapat menyesuaikan kurikulum dan pengajaran. Sangat penting bagi guru-guru ini untuk mendengar bagaimana guru bidang studi lain memandang siwa mereka. Membicarakan murid-murid dari sudut pandang KM merupakan cara yang bagus untuk berfokus pada bagaimana mereka belajar terbaik. Merekam bagaimana siswa menyelesaikan masalah memberikan wawasan berharga.
- Staf Pengajara Bersama-sama Mengembangkan Kurikulum
Siswa belajar terbaik dan guru mengajar terbaik apabila guru mengembangkan, memodifikasi, dan menyesuaikan kurikulum dengan kecenderungan siswa. Dalam merencanakan pelajaran, mengembangkan unit-unit, atau memutuskan tema tahunan, guru dan pengelola administrasi dapat menciptakan pengalaman-pengalaman untuk pembelajaran siswa dan metode-metode untuk menentukan pembelajaran mana yang sudah dicapai. Dengan kerangka KM, kita dapat merencanakan rangkaian pengalaman dan kegiatan yang memungkinkan semua anak menggunakan kecerdasan terkuat mereka dalam belajar. Guru secara alami mengajar dengan kecerdasan terkuat mereka.
- Kesempatan Pengamatan
Norma-norma pendidikan tidak mendukung pendidik saling mengamati dalam mengajar, apalagi guru mengamati sesamanya mengajar. Kehadiran orang dewasa selain guru yang sedang mengajardi dalam kelas sering berarti ada masalah. Namun, ketika menggunakan KM, staf pengajar memiliki kesempatan untuk mengubah paradigm. Karena staf dan pengajar memiliki profil KM yang unik, maka mereka menyadari bahwa yang lain melakukan pendekatan kurikulum dan pengajaran yang berbeda-beda. Dengan demikian menjadi jelas bahwa kita dapat belajar dari yang lain terlepas dari mereka mengajarkan disiplin atau kelompok umur yang sama atau tidak. Guru bisa merasa nyaman menggunakan kecerdasan terkuat mereka dalam berbagi dengan teman sejawat, baik ketika mengajar maupun ketika sedang diamati.
Bekerja lebih jauh dengan KM terkadang membawa guru pada kesimpulan bahwa mereka harus memanfaatkan kekuatan dan minat mereka dengan merotasi siswa di antara sekelompok guru, serta setiap guru berfokus pada konsep yang sama melalui kecerdasan yang berbeda. Sangat membantu jika kita mengembangkan panduan bagi guru untuk saling mengamati, alih-alih mendorong pengamatan dan diskusi tak terarah. Sebagai contoh, guru pengamat memasukki kelas dengan tiga tujuan: (1) menemukan tiga hal yang akan dicobanya, (2) menemukan hal positif yang dapat dibagi dengan guru yang sedang diamati, dan (3) menemukan sesuatu untuk ditanyakan.
- Pengajaran Timbal Balik
Kelompok baca memainkan peran penting dalam pengajaran timbal balik. Partisipasi dalam kelompok ini adalah opsional, tetapi disinilah peluang tercipta bagi pengelola administrasi dan guru untuk bekerja bersama.dengan membaca buku pilihan yang menunjang misi, dengan tujuan menemukan caara memenuhi kebutuhan siswa, dan mendiskusikan buku yang di baca . diskusi selalu melingkupi reaksi terhadap buku, penjelasan filosofi pendidikan personal, hingga kajian ulang kejadian-kejadian tertentu di kelas/. Lebih dari sekedar berbagi gagasandan pendapat, peserta menumbuhkan rasa saling menghargai dan mempercayai.
- Pengkajian dan Perencanaan
Panitia-panitia kecil dipandang sebagai masin utama untuk menjalankan kolegialitas. Sementara kepanitiaan yang lebih besar yang mencakup seluruh sekolah, dengan sendirinya berfokus pada isu jangka panjang dan transenden. Panitia lintas kelas menempatkan guru di samping guru lain dan staf yang biasanya memiliki [eluang kecil untuk saling bekerja sama. Sekolah biasanya mempunyai empat atau lima panitia sepanjang tahun ajaran, masing-masing bertemu dua atau tiga minggu sekali.
Agar KM berhasil diterapkan di seluruh sekolah, maka kolegialitas harus ada. Pengelola administrasi memiliki kesempatan untuk mengembangkan kolegialitas dengan memberi pengakuan terhadap kolegialitas tersebut dalam evaluasi guru di akhir tahun dan memuji guru yang mencontohkan sikap ini. Jika kita mengukur apa yang kita hargai, maka kita perlu memperlihatkan bahwa kita bersungguh-sungguh menghargai guru yang bekerja dalam semangat kolegialitas.


4. Menilai dan Melaporkan Perkembangan Murid
Hubungan antara kurikulum, pengajaran, dan penilaian harus kuat. Sepantasnya kita memberikan lebih banyak waktu dan perhatian pada pengajaran kecakapan dan perilaku karena dua aspek inilah yang nantinya akan dinilai. Tetapi, cara kita menilai juga berperan dalam menentukan apa dan bagaimana kita mengajar. Penilaian yang baik adalah yang relevan, terus-menerus, dan autentik. Dalam pengajaran yang baik, garis antara kurikulum dan penilaian menjadi kabur. Penilaian tidak hanya sebuah puncak atau akhir dari sebuah kegiatan. Namun kita harus konsisten menggunakan kesempatan agar siswa dapat memanfaatkan kecerdasan terkuat dalam memperlihatkan apa yang mereka ketahui.
- Melaporkan Penilaian Kepada Pelbagai Pihak
Pihak yang berkepentingan dalam hasil penilaian adalah:
• Siswa. Penilaian menjadi masukan tentang kinerja mereka dan memungkinkan mereka untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal.
• Orangtua. Penilaian memberikan informasi tentang kemajuan anak mereka.
• Pendidik. Penilaian membantu mengetahui apa yang telah dikuasai siswa dan apa yang masih perlu lebih diperhatikan.
• Masyarakat luas. Penilaian membangkitkan kepercayaan bahwa siswa disiapkan untuk berhasil dalam masyarakat.
• Lembaga pendidikan yang lebih luas (dewan sekolah, komite nasional pendidikan, dan departemen pendidikan).
Kebanyakan lembaga pendidikan bergantung pada nilai tes standard, yang menunjukkan keberhasilan dalam kecerdasan akdemis, untuk memastikan kualitas persiapan siswa. Data ini mungkin berharga, tetapi hanya merekam sebagian bakat dan prestasi siswa.
- Proyek, Pameran, dan Presentasi (PPP)
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang kompleks, siswa dituntut menggunakan beberapa kecerdasan. Melalui PPP, siswa tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan tentang topik, tetapi juga menggunakan kecerdasan personal mereka. Dalam membuat presentasi, siswa berlatih melakukan kontak mata, mengatur pengucapan dengan jelas dan fasih, mengeraskan suara mereka, dan “membaca” audiens mereka. PPP sering dilakukan secara berkelompok dengan dua atau lebih anggota, menggunakan kecerdasan interpersonal mereka untuk bekerja bersama dalam tim. Setiap kali merencanakan PPP, siswa mengkaji lagi kinerja mereka sebelumnya, terkadang dengan menonton rekaman video tentang usaha mereka yang lalu.
- Kartu Laporan dan Laporan Kemajuan
Kartu laporan, atau laporan kemajuan, adalah komunikasi resmi tentang kemajuan siswa. Laporan ini tidak hanya dibaca dan kemudian dibuang, tetapi sering ditunjukkan kepada anggota keluarga dan rekan kerja. Terkadang, kartu laporan disimpan di laci dan akan dilihat kembali bertahun-tahun kemudian. Laporan ini membawa pesan penting dan simbolisme yang tidak dapat diabaikan, sesuai apa yang difokuskan pada kartu laporan dan apa yang diabaikan di dalamnya, sekolah menyampaikan pesan kepada siswa dan orang tua tentang apa yang penting.
Laporan kemajuan juga mencakup laporan khusus untuk kecerdasan musical, spassial, dan kinestesis. Dalam penyiapan laporan (berbicara terlebih dahulu dengan mitra satu tim untuk berbagi persepsi tentang kemajuan siswa) dan penulisannya, mereka tidak hanya memastikan bahwa orangtua akan memperoleh pemahaman yang kaya tentang perkembangan anak mereka, tetapi juga membantu mendidik orangtua tentang KM dan program kami.
- Malam Portofolio
Portofoli adalah cara merekam kemajuan setiap anak tanpa menggunakan ujian tertulis. Tetapi portofolio akan terlihat sebagai kumpulan sampel acak tanpa makna pendidikan, kecuali berkas tersebut diakui dan ditunjukkan orang tua seperti kartu laporan. Di malam portofolio, orangtua dan anak-anak mengkaji isi portofolio yang merupakan bukti nyata perkembangan siswa. Peran guru pada malam portofolio hanyalah menyambut orangtua dan siap menjawab pertanyaan. Karena kajian siswa memainkan peran kunci yang membuat sebuah portofolio begitu berharga. Seluruh entri dalam portofolio harus diampiri lembar kajiian. Formulir yang diisi siswa, guru, ataupun keduanya ini menunjukkan satu atau beberapa kecerdasan tertentu yang digunakan untuk menghasilkan sebuah entri dan mengapa entri itu dipilih untuk portofolio.
- Pajangan Sekolah
Akan sangat membantu jika orangtua dating ke sekolah sesering mungkin untuk melihat apa yang terjadi. Sekolah ingin orangtua dating ke sekolah karena sekolah memanfaatkan koridor dan dinding untuk mendidik, tidak hanya untuk memajang. Ketika orangtua berkunjung, mereka melihat segala jenis pekerjaan murid dipamerkan di sepanjang koridor. Memajang hasil kerja siswa, betapapun dikerjakan dengan baik dan menarik tidaklah cukup. Orangtua membutuhkan penjelasan, dan disinilah peran sekolah untuk meberikan penjelasan, mennunujkkan, dan mendidik orangtua apa yang sedang dilakukan dan mengapa ini sangat bernilai.
- Pendidikan Orangtua
Salah satu bagian penting dari pendidikan orangtua adalah tentang penggunaan tes standar, tes standard adalah penjaga gerbang lembaga pendidikan. Karena itu sekolah berupaya tidak hanya siswa berprestasi bagus dalam jenis tes ini, tetapi juga agar orangtua mengetahui bahwa sekolah menargetkan siswa melakukan apa yang dibutuhkan untuk sukses.
Tetapi sekali lagi, jika informasi yang disampaikan kepada orangtua hanyalah kartu laporan tradisional yang berfokus pada kecerdasan akademis dan hasil tes standard, pesan yang diterima orangtua adalah bahwa hanya kecerdasan itula yang benar-benar bernilai. Memerhatikan semua kecerdasan, menentukan mana yang perlu ditonjolkan, dan kemudian memutuskan bagaimana melaporkan kecerdasan ini, sangat mempengaruhi baik siswa maupun orangtua mereka.
- Menjangkau Masyarakat
Mengundang pihak luar untuk menyaksikan PPP siswa, adalah cara yang bagus untuk menyiapkan siswa menghadapi pengalaman di luar kelas dan membantu mendidik masyarakat luas tentang kemajuan siswa. Mengundang siswa kelas lain menyaksikan PPP juga berarti memberikan audiens yang sesuai bagi siswa presenter, di samping audiens juga mendapatkan manfaat dengan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka jika diberi tugas yang sama.
- Konferensi Penerimaan Murid Baru
Strategi lain yang efektif dalam lingkungan KM adalah konferensi penerimaan murid baru. Konferensi Penerimaan Murid dilakukan dengan harapan bahwa sebagian besar kesempatan berbicara diberikan kepada orangtua dan guru akan mendengarkan, sehingga guru dapat mempelajari minat dan kekuatan siswa dalam berbagai kecerdasan.


5. Jalur-Jalur Kreatif Menuju Kegiatan Belajar-Mengajar Berdasarkan KM
KM bisa menjadi sarana ampuh dalam membantu siswa mempelajari kecakapan dan memperoleh pemahaman. Agar dapat mengubah pembelajaran siswa, KM harus digunakan secara teratur dan terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, dan tidak dipandang sebagai peristiwa khusus. KM bisa digunakan dengan beragam strategi pengajaran, guru bisa menggunakan KM untuk membantu siswa belajar, dan siswa dapat menggunakannya untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
- Menggugurkan Mitos-Mitos KM
Sebelum menyarankan beberapa cara potensial untuk mengintegrasikan KM ke dalam program sekolah, hendaknya perlu diingat beberapa masalah yang mungkin muncul, yaitu:
• MITOS: Setiap kecerdasan harus dianyamkan ke dalam setiap pelajaran. Walaupun ada kalanya satu pelajaran bisa saja memiliki delapan pilihan, mengintegrasikan setiap kecerdasandalam setiap bagian pengajaran membutuhkan waktu sangat panjang untuk perencanaan dan persiapan.
• MITOS: Melingkupi siswa dengan berbagai kecerdasan adalah cara yang baik untuk menerapkan KM. Memperkenalkan siswa pada berbagai kecerdasan saja, sekalipun bagus, tidak sama dengan memberi mereka kesempatan untuk menggunakan semua kecerdasan mereka dalam belajar dan berbagi informasi.
• MITOS: Ada manfaat besar dalam melabeli secara formal setiap kecerdasan anak. Kecerdasan seharusnya dipandang sebagai alat, dan bukan tujuan akhir itu sendiri.
•MITOS: Siswa tidak perlu mamahami model KM dan mengetahui bagaimana model itu digunakan. Mengenal kecerdasan adalah langkah pertama membantu siswa mengetahui bagaimana cara belajar terbaik, kecerdasan apa yang terkuat, dan yang juga penting, kecerdasan apa yang terlemah.
• MITOS: Anak harus selalu diizinkan memilih kecerdasan mana yang akan mereka kembangkan. Walaupun ada manfaat dalam membiarkan siswa memilih kecerdasan yang ingin mereka asah, pendidik bertanggung jawab membantu siswa tumbuh dalam semua kecerdasan dan mengetahui cara terbaik dalam memecahkan masalah.
- Mengintegrasikan KM di Ruang Kelas
Guru kreatif selalu menemukan kesempatan untuk menyesuaikan kurilkulum dan pendekatan mengajarnya agar siswa dapat menggunakan bermacam kecerdasan untuk belajar dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Setelah siswa merasa nyaman menggunakan beragam kecerdasannya, bisa jadi mereka memecahkan masalah atau menunjukkan pengetahuan melalui kecerdasan lain di luar dugaan guru. Membentuk iklim kelas yang di dalamnya siswa merasa bebas mengambil risiko untuk menggunakan beragam kecerdasan adalah cirri khas penerapan KM.
- Pusat Belajar Berbasis Kurikulum
Pusat-pusat ini menggunakan kecerdasan tertentu untuk mencapai kecakapan atau pemahaman. Andaikan kelas baru saja membaca novel, guru bisa merancang beberapa pusat belajar, masing-masing berhubungan dengan kecerdasan tertentu, untuk melihat pemahaman siswa tentang apa yang telah mereka baca. Pada pusat-pusat ini siswa diberi kesempatan menggunakan bermacam kecerdasan dalam menunjukkan apa yang mereka pelajari tentang focus atau tujuan kurikulum tertentu.
Pusat ini pada umumnya berjangka pendek dan membantu aspek-kurikulum tertentu dengan menawarkan kesempatan untuk memperkuat, memperluas, dan menilai kecakapan atau pemahaman.
- Pusat Belajar Berbasis Kecerdasan
Pusat-pusat ini dirancang untuk memungkinkan siswa mengasah beberapa kecekapan yang berhubungan dengan kecerdasan tertentu. Pusat ini digunakan lebih jarang dari pada pusat belajar berbasis kurikulum dan berbeda karena tidak terikat dengan focus dan tujuan kurikulum tertentu. Ketika pusat belajar berbasis kecerdasan digunakan, guru merancang pusat ini untuk semua kecerdasan, masing-masing berisi banyak kegiatan berbeda.
Bergantung pada sumberdaya yang tersedia, bisa disediakan beberapa pusat yang berfokus pada satu kecerdasan, atau satu pusat untuk setiap kecerdasan. Pusat apapun yang disediakan sekolah, siswa diperbolehkan memilih sebuah pusat, mereka juga bisa dilibatkan dalam lebih dari satu pusat, atau mereka perlu mengikuti rencana atau jadwal yang menggerakkan mereka dari satu pusat ke pusat lain. Ketika siswa diperbolehkan memilih pusat berbasis kecerdasan, pertimbangkan apakah pilihan mereka dipengaruhi factor-faktor selain kecerdasan yang ditonjolkan pusat tersebut.
- Proyek, Pameran, dan Presentasi
Proyek, Pameran, dan Presentasi (PPP) menerapkan perspektif kinerja pada KM. Siswa menggunakan aneka kecerdasan mereka untuk berbagi apa yang mereka ketahui dengan lebih banyak orang. Setelah itu, siwa mengkaji kinerja mereka, mulai dari menjawab pertanyaan hingga mengumpulkan umpan balik dari penonton, atau menonton video rekaman penampilan mereka. Pengkajian merupakan sarana integral dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal. Mengundang orangtua dan anggota masyarakat untuk menghadiri presentasi merupakan cara yang bagus untuk mendidik mereka tentang keefektifan KM karena mereka bisa melihat bagaimana siswa menggunakan beragam kecerdasan untuk belajar.
- Pengajaran Tematis
Dasar pemikiran dari pengajaran tematis adalah bahwa sebaik-baiknya siswa belajar adalah apabila belajar itu penuh makna. Sebuah tema adalah konsep yang menyatukan berbagai disiplin dan materi pelajaran. Alih-alih merupakan serangkaian kecakapan tak berkaitan dan penggalan-penggalan materi, kurikulum dikaitkan dan diturunkan dari tema.
- Menerapkan KM dalam Lingkup Sekolah
Kecerdasan bahasa, logika matematika, spasial, kinestesis tubuh, musical, dan naturalis sangat dekat hubungannya dengan disiplin akademis tertentu. Disebabkan oleh sempitnya pendekatan kurikulum dan pengajaran yang dilakukan sekolah pada umumnya, nilai tiap kecerdasan siswa mungkin tergantung pada pelajaran apa yang sedang diikuti siswa pada saat itu.
Siswa seharusnya bisa menggunakan segala kecerdasan mereka untuk belajar dalam semua disiplin ilmu dan siapapun pengajar mereka. Menggunakan KM dalam ruang lingkup sekolah tidak hanya member siswa kesempatan untuk berprestasi, tetapi juga melejitkan kecerdasan, memberikan kesan kuat kepada komunitas sekolah bahwa semua kecerdasan sangat bernilai. Berikut ini adalah beberapa gagasan untuk menggunakan KM dalam lingkup sekolah. Yaitu :
1. Ruang Keasyikan
Ruang keasyikan memberi siswa pilihan untuk mengejar apa yang bisa mereka lakukan paling baik dan memungkinkan mereka menggunakan kecerdasan terkuat. Ruangan ini dilengkapi berbagai bahan yang berhubungan dengan aneka kecerdasan, dan siswa diijinkan memilih kegiatan dan memutuskan untuk bekerja sendiri atau dengan yang lain. Siswa biasanya bekerja dengan sedikit bantuan dan pengarahan orang dewasa.
2. Wadah Belajar
Dalam wadah belajar, peningkatan kecakapan menjadi tujuan dan siswa sering diajari bagaimana menggunakan sebuah kecerdasan. Waktu khusus dijadwalkan dan seluruh komunitas sekolah menawarkan pengalaman unik yang berorientasi pada kecerdasan. Siswa memilih kegiatan dan mencobanya dalam beberapa sesi. Bila tidak mungkin mengadakan wadah belajar skala sekolah, seorang guru dikelas atau beberapa guru bekerjasama dapat menciptakan kesempatan ini di dalam kelas. Walaupun sarana yang tersedia terbatas, siswa berkesempatan untuk mengikuti dan mengembangkan aneka kecerdasan mereka.
3. Model Peran
Model peran dapat membantu menciptakan antusiasme untuk kegiatan yang membutuhkan kecerdaan tertentu. Interaksi dengan orang-orang yang memilii peran berdasarrkan kelebihan dalam satu kecerdasan dapat memperluas wawasan dan aspirasi siswa. Sekolah yang menghargai KM, harus berusaha memastikan bahwa orang dewasa yang mempresentasikan kecakapan pada setiap kecerdasan dapat dilihat dan didekati siswa.
4. Memperpanjang Hari Sekolah dan Tahun Ajaran
Menambahkan waktu sekolah, tidak sekadar bermakna harfiah. Artinya, sekolah dapat memenui kebutuhan keluarga akan pengawasan sepullang sekolah atau pada waktu liburdengan menyediakan kesempatan bagi siwa menjajaki dan mengejar berbagai kecerdasan. Menggunakan KM membutuhkan lebih banyak waktu dan energy daripada mengajar dengan memakai metode buku paket tradisional, dan pertimbangan politiik serta hambatan-hambatan filosofis dapat menghalangi kemajuan menuju KM. Tetapi jika kita kreatif tentang KM, siswa dan guru akan mendapat manfaat.

6. Pentingnya Kecerdasan Personal
Jarang atau bahkan tidak ada orang yang dipilh semata-mata karena kemampuan menerka dalam membaca, menulis, atau berhitung. Kecerdasan-kecerdasan akademis itu memang penting, den banyak orang yang ada di dalam daftar memiliki kecerdasan akademis yang tinggi. Respons yang konsisten dari beragam audiens mengindikasikan bahwa kekuatan dalam kecerdasan akademis, harus dilengkapi dengan kekuatan kecerdasan personal. Saling keterkaitan masyarakat menjadikan bekerja dengan orang lain bagian integral dari tugas kompleks apapun, dan prospek kecanggihan teknologi ternyata hanya meningkatkan kebutuhan untuk bekerja sama. Bahkan, kecerdasan personal menjadi jauh lebih penting dewasa ini karena kelajuan pembuatan dan penyebaran informasi tidak memberi cukup waktu untuk mengenal dan memahami orang.
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdsan kunci. Lebih dari kecerdasan-kecerdasan lain, kecerdasan intrapersonal yang kuat kesuksesan. Sebaliknya, kecerdasan intrapersonal yang lemah akan menghadapkan kita pada rasa frustasi dan kegagalan terus-menerus.
- Peran Unik Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal yang kuat membuat kita berhasil mengendalikan situasi untuk meningkatkan kekuatan dan memperkecil kelemahan kita. Apapun kekuatan dan kelemahan itu, kita dapat memanfaatkan semaksimal mungkin bakat kita melalui kecerdasan intrapersonal yang lemah menyebabkan kita terus-menerus melakukan kesalahan yang sama dan menghambat kita belajar memecahkan atau menghindari maslah. Dengan mengetahui kekuatan, kita bisa menemukan situasi yang didalamnya apa yang kita lakukan dengan baik dihargai dan kita bisa berhasil.
- Timbal Balik Kecerdasan Personal
Pembauran kecerdasan paling kuat terjadi antara kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Orang yang kuat secara intrapersonal menyadari bagaimana orang lain melihat dirinya terus-menerus mencermati bagaimana dirinya diterima. Dalam menggambarkan hubungan kecerdasan-kecerdasan ini, Goleman berkata, “Empati tumbuh dari kesadaran diri; semakin terbuka diri kita terhadap emosi-emosi sendiri, semakin terlatih kita dalam membaca perasaan.” (1995, h. 96). Sangatlah penting untuk menjelaskan hubungan timbale balik ini karena seperti yang diketahui, kegiatan-kegiatan yang mengembangkan masing-masing kecerdasan itu, sering mengasah keduanya secara bersamaan.
- Kecerdasan Emosional
Goleman mengutip Peter Salovey, yang mengelompokkan kecerdasan-kecerdasan personal ke dalam lima bidang:
1. Mengenali emosi diri. Kesadaran diri adalah kunci kecerdasan emosi.
2. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar tersalurkan dengan wajar merupakan kemampuan yang membangun kesadaran diri.
3. Memotivasi diri sendiri. Mengatur emosi un tuk mencapai suatu tujuan sangat dibutuhkan untuk meberikan perhatian, untuk motivasi dan penguasaan diri, dan untuk kreativitas.
4. Mengenali emosi yang lain. Empati, kemampuan lain yang membangun kesadaran emosi, adalah “kecakapan manusia” yang mendasar.
5. Menangani hubungan. Seni hubungan, sebagian besar, merupakan kecakapan dalam mengelola emosi orang lain.
- Mengembangkan Kecerdasan Personal di Kelas
Aneka kegiatan dapat digunakan untuk mengintegrasikan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal di kelas, dengan mempertimbangkan kesiapan siswa, guru dapat membuat peraturan kelas agar secara teratur siswa mengkaji perasaan mereka, perasaan mereka dalam kelompok, dan pengaruh mereka terhadap orang lain.
Kegiatan yang dapat membantu siswa meningkatkan kecerdasan intrapersonal meliputi survey, autobiografi dan jurnal, grafik pengalaman, portofolio, serta pencanangan tujuan dan monitoring. Kegiatan yang dapat membantu siswa meningkatkan kecerdasan interpersonal mencakup menulis bersama, proyek kelompok, diskusi dan debat panel, rubric atau lembar penilaian untuk menilai kinerja kelompok, bermain peran, dan wawancara.agar proses belajar ini sukses, tentu saja guru harus lebih dahulu mengajari siswa bagaimana memberi dan menerima umpan balik.
- Pendekatan Proaktif dengan Orangtua
Ketika kita memusatkan perhatian siswa pada kecerdasan personal, waspadalah mungkin orangtua mengawasi pekerjaan Anda. Dari sudut pandang orangtua, kecerdasan personal mungkin berhubungan dengan nilai-nilai, dan karenanya sebagian orangtua akan khawatir sekolah menyerempet tanggung jawab orangtua untuk mengajarkan benar dan salah.
Derngan mengaitkan kecerdasan-kecerdasan personal pada keberhasilan anak-anak di dunia orang dewasa dapat membantu orangtua memahami pentingnya kecerdasan-kecerdasan personal. Meskipun orangtua bisa tidak sepakat tentang nilai-nilai, semua orangtua menginginkan anak mereka berhasil.

- Mengembangkan Kecerdasan Personal Staf Pengajar
Guru dan administrator juga perlu dan berupaya mengembangkan kecerdasan personal mereka sendiri.mereka perlu belajar menyadari perasaan pribadi dan bagaimana mereka mempengaruhi orang lain. Bagaiman guru dibesarkan, pengalaman sekolah guru, dan hubungan dengan ras-ras lain mempengaruhi dengan kuat bagaimana diri pengajar dan bagaimana mereka mengajar. Walaupun mungkin ada yang diam-diam sudah merenungkan pengaruh ini, sebagian besar dari pengajar belum menemukan kesempatan untuk berbagi pemikiran dengan orang lain, terutama dengan mereka yang kurang begitu dekat.

7. Tahap-Tahap Penerapan KM
Perspektif perkembangan telah membantu memahami pertumbuhan anak juga memberikan wawasan tentang bagaimana sebuah organisasi berkembang. Sama pentingnya dengan mengetahui tahapan perkembangan anak, memahami urutan perkembangan organisasi memungkinkan kita mengikuti pertumbuhannya dan membuat rencana yang sesuai untuk setiap tahap. Adizes menyatakan bahwa “mengetahui di mana posisi organisasi dalam siklus kehidupannya memungkinkan manajemen mengambil langkah-langkah proaktif preventif dan menangani masalah-masalah mendatang sejak dini atau bahkan menghindarinya sama sekali”.
- Jalan Berliku dan Jalan Buntu
Lensa perkembangan membantu kita memahami perkembangan sekolah. Karena KM relative baru dan karena tidak ada satu rumus jitu untuk menggunakan KM, jalan penerapannya adalah berliku dan sekali-kali buntu.
- Perintang Jalan New City School
Jalan berliku mungkin sangat tepat untuk menggambarkan usaha sekolah menggunakan portofolio. Panitia Portofolio selama bertahun-tahun dan telah menghabiskan banyak waktu mencoba menggunakan portofolio sebagai alat untuk membantu mendokumentasi, memahami, dan menilai perkembangan murid, tetapi ternyata sekolah masih jauh dari budaya portofolio.
Demikian juga sekolah telah bekerja keras mendidik orangtua, dengan memperbaiki komunikasi dengan orangtua setelah bertahun-tahun, tetapi sekolah masih menghabiskan waktu untuk mengubah kesalahan persepsi orangtua. Meskipun profil KM disusun oleh panitia kecil staf pengajar, dikaji ulang dan diperbaiki oleh staf-staf lain, dan dicantumkan dalam buku pertama staf, sekolah tetap menghadapi masalah.
Pengalaman dengan profil KM member gambaran mengapa sekolah perlu mempertimbangkan ketegangan yang bisa dialami staf dari penerapan KM. Sekolah harus realistis dan menerima kenyataan bahwa menerapkan KM membutuhkan perubahan perilaku yang signifikan pada guru dan pengelola administrasi. Perubahan inni membutuhkan pengorbanan, meskipun meningkatkan prestasi siswa. Sedikitnya staf pengajar dituntut mengerahkan lebih banyak waktu dan tenaga.
- Tahap-Tahap Penerapan KM
Semua sekolah melalui tahapan dengan urutan tertentu ketika menerapkan KM:
1. Tahap 1: Kesadaran
Kesadaran adalah tahap awal, ketika muncul pemikiran bahwa ada sesuatu yang kurang di sekolah atau visi bahwa KM bisa menjadi alat untuk menjadikan sekolah lebih baik lagi.
Tahap kesadaran ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Kesadaran bahwa teks dan kurikulum yang ada masih kurang dan membatasi gerak.
• Perasaan bahwa kondisi yang ada tidak memenuhi kebutuhan semua murid.
• Kesadaran bahwa KM adalah cara untuk menyesuaikan pembelajaran dengan setiap individu.
2. Tahap 2: Eksplorasi
Pada tahap ini, KM secara aktif diteliti, biasanya oleh sekelompok kecil staf pengajar. Kelompok ini biasanya memulai dengan membaca dan membicarakan KM dan kemungkinan untuk diterapkan di sekolah mereka.
Tahap eksplorasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
• banyak membaca dan membicarakan KM, berbagi buku dan artikel.
• bereksperimen dengan satu atau dua jenis kecerdasan “baru” dalam mata pelajaran tertentu.
• kegairahan.
• kesadaran bahwa dukungan setiap orang sangat diperlukan untuk melanjutkan upaya.

3. Tahap 3: Tindak lanjut
Dalam tahap ini, banyak guru merasa nyaman dengan prinsip teori KM dan penerapannya, dan mulai menggunakannya di kelas. Staf menjelaskan konsekuensi KM dan mendiskusikan implikasinya baggi siswa dan staf pengajar.
Fase ini mencakup:
• evaluasi tentang praktik-praktik sekarang dapat berhasil dengan pendekatan KM.
• usaha untuk mendapatkan bimbingan dan inspirasi dari pihak lain.
• fokus pada penggunaan KM dalam pengajaran, dengan siswa merespon positif.
• penggunaan KM pada setiap kelas di sekolah.
• usaha untuk menjawab pertanyaan orangtua dan masyarakat tentang nilai KM.
Dalam tahap ini guru sering menggunakan KM secara berlebihan, karena guru merasakan kegairahan dan pemberdayaan karena menggunakan KM membebaskan mereka dari buku teks dan menumbuhkan kreativitas mereka. KM sering dipandang sebagai tujuan itu sendiri alih-alih sebagai sarana untuk meningkatkan keberhasilan siswa.
4. Tahap 4: Maju dengan Kecepatan Penuh
Dalam tahap ini, ada kesadaran umum bahwa sekolah sudah menjadi “Sekolah KM”.
Tahap maju dengan kecepatan penuh memiliki karakteristik sebagai berikut:
• penggunaan KM oleh semua staf.
• penggunaan KM oleh orangtua dan masyarakat.
• upaya penuh energi untuk mencoba melakukan segalanya sekaligus.
• peningkatan kegiatan berbagi gagasan di antara staf karena hubungan kerja pun membaik.
• pemahaman bahwa system penilaian siswa dan komunikasi dengan orangtua harus berubah jika ingin penggunaan KM efektif.
Kegairahan dan kepuasan meliputi seluruh sekolah. Staf menggunakan KM dalam pelbagai cara dan mencurahkan tenaga untuk meninjau semua aspek sekolah.
5. Tahap 5: Perintang Jalan
Tahap perintang jalan ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
• staf berubah, baik karena sebab alami atau karena sebagian guru merindukan cara-cara tradisional.
• tekanan untuk mempertanggungjawabkan tradisional ketika sebagian guru dan orangtua mempertanyakan penggunakan KM.
• tekanan untuk pertanggungjawaban tradisional ketika sebagian guru dan orangtua mempertanyakan penggunaan KM.
• keprihatinan guru tentang arti penggunaan KM untuk keberlanjutan kurikulum.
•beberapa ketidaksepakatan antar-staf-pengajar, karena peningkatan dialog mencuatkan bidang-bidang yang di dalamnya terdapat ketidaksepakatan.
Tantangan pada tahap ini membutuhkan kepemimpinan dan visi yang kuat dari administrator. Tanpa kepala sekolah yang kuat dan tanpa kepemimpinan yang kuat dari kalangan staf, sekolah dapat terpecah menjadi golongn-golongn yang tidak setuju dengan keunggulan KM dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penerapannya.
6. Tahap 6: Pembaruan Usaha
Selama tahap pembaruan usaha, KM memiliki pengaruh kuat terhadap pemikiran dan bagaimana isu pendidikan dikerangkakan, tetapi KM tidak dilihat sebagai obat mujarab untuk segala penyakit. KM dipandang sebagai alat, bukan tujuan.
Pembaruan usaha memiliki karakteristik sebagai berikut:
• melanjutkan pengalaman dengan KM, yang berarti guru dapat mengidentifikasi siswa yang sudah mengalami kemajuan melalui KM.
• penekanan pada penyusunan prioritas dan fokus usaha, seiring kesadaran bahwa segalanya tidak dapat diselesaikan sekaligus.
• usaha untuk membangun system pendukung dan pengembangan staf yang terus-menerus, karena setiap orang menyadari bahwa anggota staf berada pada tingkat yang berbeda-beda dalam menerapkan KM.
7. Tahap 7: Komunitas Belajar KM
Dalam tahap ini, KM merupakan bagian integral sekolah, melampaui batasan kepribadian individual.
Tahap komunitas belajar memiliki karakteristik sebagai berikut:
• lebih banyak siswa yang berhasil.
• penerimaan KM sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
• pembauran KM dalam budaya sekolah.
• penggunaan KM untuk memotivasi siswa belajar dan guru mengajar.
• penggunaan alat dan teknik penilaian yang berfokus pada pemahaman, tidak hanya pada hafalan dan pembacaan.
• penggunaan KM dalam perekrutan staf pengajar, evaluasi guru, dan usaha pengembang siswa.
• dukungan orangtua dan masyarakat pada KM dan pemahaman umum tentang bagaimana penggunaannya dapat membantu siswa dan guru berkembang.
Terlepas dari segala kemajuan yang diperoleh dengan KM, sekolah yang menggunakan KM akan selalu menjadi pekerjaan yang tengah berlangsung. Karena itu, guru akan terus mengkaji bagaimana KM digunakan dan mencari cara lebih baik. Ketika kita menyatakan bahwa sekolah bergerak melewati tahapan, sebetulnya sekolah itu tidak bergerak sama sekali. Yang bergerak melewati tahapan tersebut adalah guru dan pengelola administrasi yang bekerja sama.
- Kiat-Kiat untuk Bertahan dan Tumbuh Pesat
Tiga faktor yang memperbesar kemungkinan bahwa guru akan melesat maju dalam mengarungi samudra KM:
1. Staf pengajar harus menjaga komitmen terhadap murid; mereka harus menjalankan KM untuk alasan yang benar. Di bawah kondisi terbaik, penerapan KM membutuhkan waktu, tenaga, dan kreativitas tambahan dari guru.
2. Guru akan berpeluang lebih besar untuk berkembang jika ada dukungan dari teman sejawat, dan ketika mereka bekerja serta belajar dengan semangat kolegialitas. Mengajar mungkin jalan sepi, tetapi ketika guru-guru menyediakan waktu saling melontarkan gagasan, bersukaria atas keberhasilan mereka, dan mengerang bersama atas kesalahan mereka, perjalanan akan terasa lebih menyenangkan dan energi meningkat.
3. Guru harus mendapatkan dukungan dari pengelola administrasi. Pengelola administrasi perlu mengingat bahwa kreativitas guru terikat pada kepercayaan, dan usaha guru berkaitan dengan penghargaan. Merupakan keharusan bagi pengelola administrasi untuk mendampingi guru dalam perjalanan KM.
- Pengembangan Staf
Pengembangan staf merupakan kegiatan yang penting, setidaknya karena kegiatan pengembangan staf sudah biasa dilakuakan. Meskipun ada manfaat dari kegiatan mendengarkan orang luar berbagi pengalaman pada pagi hari ataupun seharian, ini hanya permulaan. Yang lebih dibutuhkan adalah pembentukan budaya yang dapat mendorong pembelajaran staf pengajar. Menggunakan KM dapat menjadi kendaraan bagi guru untuk belajar dari dan dengan rekan sejawat, untuk menjadi bagian dari upaya terus-menerus mencari informasi dan mengkaji apakah ada cara lebih baik untuk memenuhi kebutuhan siswa.
- Program Pengayaan
Semua upaya pengembangan staf sangat bernilai, tetapi program pengayaan sangat penting terutama karena membuka peluang tambahan untuk membahas masalah-masalah kompleks. Selain itu program pengayaan ini juga digunakan untuk membicarakan apa yang harus dimasukkan dalam portofoliosiswa dan bagaimana memanfaatkan sebaik-baiknya kecakapan bahsa dan logika matematika.
Sekolah juga telah mengembangkan “batasan target” untuk setiap kelas. Batsan target adalah “tujuan-tujuan yang megidentifikasi pelbagai konsep, proses, dan kecakapan yang kami tetapkan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman terhadapnya” (Blythe,1998). Kami menentukan bagaimana batasan target dapat didukung dengan penggunaan KM.
- Panitia-Panitia Staf Pengajar
Panitia-panitia kecil di dalam staf adalah mesin utama untuk usaha pengembangan staf. Kepanitiaan ini bekerja sedikit berbeda dari program pengayaan karena fokusnya dipersempit dan waktu kerjanya lebih panjang. Sekolah mendelegasikan pelbagai panitia untuk meninjau kembali teknik penilaian, berbagi gagasan tentang pengintegrasian KM ke dalam pengajaran, memetakan kurikulum pelajaran sosial, dan mencari cara untuk mendukung penghargaan kami terhadap keragaman ras dan sosioekonomi melalui kurikulum.
- Aspek-Aspek Tahapan KM
Pertumbuhan anak melalui tahapan perkembangan tidak pernah jelas dan pasti sebagaimana yang kita kira. Demikian pula tahapan penerapan KM. Tergantung pada banyak variable beberapa tahap akan memerlukan waktu lebih panjang untuk dilalui ketimbang tahap lainnya. Tugas kepala sekolah bukan untuk membuat guru merasa senang, melainkan untuk menciptakan iklim yang mendukung dan menantang guru, sehingga mereka dapat belajar dan berkembang.
Peran kepala sekolah adalah memimpin, bekerja dengan anggota staf untuk mencapai konsensus. Khususnya di sekolah KM, pemimpin haruslah orang yang memiliki visi dan mampu menjadi pendengar yang baik. Tugas pemimpin adalah mengantar sekolah ke tempat yang belum yakin ingin ke sana dan membantu staf serta pengajar untuk merasa bahagia setelah sampai di sana.
- Dukungan dan Penerimaan Staf
Menerapkan perubahan apa pun selalu berarti melalui garis tipis antara apa diinginkan dan apa yang realistis. Asalkan sekolah menemukan cara untuk melakukan apa yang benar-benar bernilai, sumber daya terpenting adalah dukungan dan penerimaan guru. Jika guru sepenuhnya terjun dalam upaya penerapan, langit adalah batasnya. Jika guru tidak menghargai inovasi risiko penerapan meningkat, sebagian karena penghargaan terhadap penilaiannya sangat rendah. Pemimpin perlu menghabiskan lebih banyak tenaga dalam tahap eksplorasi dan tindak lanjut untuk menumbuhkan antusiasme dan dukungan dari staf. Dukungan staf dapat menciptakan sumber daya yang akan diperlukan pada tahap perintang jalan. Tanpa sumber daya yang memadai, risikonya akan lebih tinggi dari manfaatnya, dan penerapan akan gagal.

8. Mendukung Pertumbuhan Guru dengan Kepemimpinan
Seorang guru merupakkan faktor terpenting dalam pendidikan anak. Sekolah bagus hanyalah sebuah gedung yang berisikan guru yang bagus, dan sekolah hebat adalah sebuah gedung yang berisikan guru yang hebat. Kurikulum yang kaya dan menantang membantu guru menjadi lebih efektif. Tetapi di atas segalanya, kualitas gurulah yang membuat perbedaan bagi anak-anak.
- Kepemimpinan
Sekolah melakukan apa pun sedapat mungkin untuk membantu guru tumbuh dan berkembang. Ketika guru menggunakan KM, peran mereka berubah dan pertumbuhan serta perkembangan professional menjadi lebih penting. Guru yang bekerja dengan KM menemukan cara kreatif untuk mengembangkan kurikulum dan sistem penilaian.
Perjalanan KM terus berlanjut. Keberhasilan hamper selalu diiringi dengan keinginan untuk melakukan lebih baik. Staf bergerak maju dalam menggunakan KM, kemudian secara berkala melambat dan tertahan. Kemudian momentum meningkat dan sekolah kembali maju dengan kecepatan tinggi. Pergerakan dan pertumbuhan terus-menerus tidak hanya menghidupkan dan memberdayakan, tetapi juga melelahkan dan membuat frustasi. Pertumbuhan hanya dapat dipertahankan dalam lingkungan yang didalamnya perkembangan guru dihargai dan didukung oleh kepemimpinan yang kuat, baik dalam ucapan maupun tindakan.
- Membuat Kesalahan-Kesalahan Baru
Cara terbaik untuk menggambarkan lingkungan tempat guru belajar dan tumbuh secara konstruktif tersimpulkan dalam rekomendasi Esther Dyson (1998) untuk “membuat kesalahan baru”. Pernyataannya mendalam, penuh implikasi untuk pertumbuhan dan perkembangan:
• Tidak ada yang salah dengan membuat kesalahan. Berani mengambil resiko dan mencoba sesuatu yang baru adalah tindakan yang bagus.
• Selama kesalahan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Buatlah kesalahan, tetapi belajarlah dari kesalahan itu sehingga tidak terulang kembali.
• Jika guru mendapatkan manfaat dari membuat kesalahan, mereka harus diberi waktu untuk introspeksi.
Membuat kesalahan baru merupakan bagian penting dari pembelajaran konstruktif. Berdasarkan definisi, pembelajaran konstruktif menunjukkan penerimaan terhadap salah langkah, jalan buntu, dan kegagalan. Dan ketika guru menerapkan KM dan menyusun langkah kurikulum serta mengembangkan sistem penilaian, penting bagi pengelola administrasi untuk mengatakan bahwa salah langkah dapat diterima, bahkan layak dilakukan. Cara ampuh bagi pengelola administrasi untuk membantu guru mengambil resiko dan mencoba sesuatu yang baru adalah dengan berbagi kesalahan secara terbuka bersama staf.
- Apa yang Anda Ukur adalah Apa yang Anda Nilai
Hubungan antara pengukuran dan nilai berlaku untuk siswa dan orang dewasa. Di sekolah KM, guru perlu mengetahui bahwa fokus pekerjaannya adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat menggunakan seluruh kecerdasan di kelas. Bagaimana pemahaman tersebut dikomunikasikan kurang penting dibandingkan dengan memastikan bahwa guru mengetahui apa yang dianggap bernilai oleh sekolah dan berdasarkan apa yang mereka evaluasi.
- Tugas Kepala Sekolah
Kepala sekolah berada pada posisi yang unik, mengontrol sumber daya yang langka dan memberikan persetujuan resmi dan sanksi, untuk memengaruhi perasaan orang tentang tempat dia bekerja. Tidak dapat dielakkan bahwa menjalankan sekolah melibatkan pembuatan keputusan, yang bisa membuat seseorang tidak bahagia. Tugas kepala sekolah adalah menciptakan lingkungan bagi anak-anak dan orang dewasa untuk belajar dan tumbuh.
Selazimnya dalam pencarian sesuatu yang baru, tentu saja terjadi penolakan terhadap yang lama. Dan mulailah proses penentuan yang sering menimbulkan kubu-kubu yang bertentangan. Mungkin keputusan paling sulit yang dibuat oleh kepala sekolah adalah ketika memberhentikan guru yang tidak berkualitas. Betapapun jelas dan mudah dalam teorinya, pada praktiknya keputusan seperti itu sulit dibuat dan sulit mendapatkan dukungan. Jika kepala sekolah diarahkan oleh kebahagiaan sebagai tujuan, keputusan akan dibuat berdasarkan apa yang mudah dan apa yang lebih sedikit menimbulkan kekacauan dalam sebuah organisasi.
- Persepsi adalah Kenyataan
Kita semua bertindak berdasarkan persepsi kita; kita merespon kenyataan yang kita definisikan dan kita lihat. Yang jarang kita sadari adalah bahwa persepsi orang lain tidak sama dengan kita. Sering perbedaan ini, tidak muncul ke permukaan sampai terjadi ketidaksepakatan. Ini bukan berarti bahwa orang tidak boleh punya persepsi yang berbeda atau bahwa tujuan kita adalah menyamakan persepsi dalam segala hal. Kesepakatan menjadi lebih kuat jika keragaman persepsi dipertimbangkan dalam prosesnya.
Terkadang, persepsi yang berbeda sudah terlihat sejak awal, yaitu ketika orang-orang memiliki nilai-nilai dan keyakinan yang bertentangan.mengangkat perbedaan ke permukaan dan menemukan kesamaan pijakan merupakan pendekatan yang lebih kuat ketimbang berpura-pura tidak ada perbedaan.
Orang bertindak sesuai persepsinya; karena itu berbagi persepsi sangat penting. Kita sangat mudah mengasumsikan setiap orang berpikiran sama, sampai segalanya melenceng dan komunikasi terhenti. Begitu orang berhenti berkomunikasi, ketidakpercayaan muncul dan orang mulai saling berprasangka buruk. Risiko terkecilnya, terjadi ketidakefisienan. Risiko terburuknya, komunikasi berhenti total dan hubungan rusak.
- Keputusan Anda, Keputusan Saya, Keputusan Kita
Semakin banyak bukti menyatakan bahwa tim lebih produktif daripada perseorangan, bahwa kerja sama adalah bagian terpenting untuk sukses. Di sekolah yang menghargai kerja sama, guru akan merasa lebih memiliki pekerjaan mereka. Berita baiknya, mereka memberikan saran dan mencoba menjadi bagian dari pemecahan masalah. Berita buruknya, ketrlibatan dan pemberdayaan pegawai seperti ini berpotensi menimbulkan resiko tidak terduga.
Ungkapan “keputusan Anda, keputusan saya, keputusan kita”, dapat menjadi alat yang berguna untuk membantu pegawai pada semua tingkatan memahami perbedaan antara memberikan saran dan memiliki tanggung jawab. Semua pegawai perlu memahami bahwa pada organisasi apa pun terdapat beberapa jenis tanggung jawab membuat keputusan:
• Keputusan Anda, merupakan keputusan yang dapat dibuat sendiri oleh pegawai secara individual atau kelompok kerja; keputusan tersebut didelegasikan oleh manajemen kepada mereka untuk dipertanggungjawabkan.
• Keputusan Saya, merupakan keputusan yang di buat sendiri oleh kepala sekolah; kepala sekolah boleh meminta umpan balik, tetapi membuat keputusan dan pertanggungjawabannya menjadi bagiannya.
• Keputusan Kita, merupakan keputusan bersama; keputusan ini dicapai bersama antara kepala sekolah dan guru melalui konsensus, dan tanggung jawab juga dipikul bersama.
Potensi konflik dan perselisihan akan meningkat jika batas-batas tentang pengambilan keputusan tidak jelas. Meskipun banyak keuntungannya jika guru terlibat dalam proses pengambilan keputusan, kekacauan dan ketidakpercayaan akan muncul, kecuali guru dan kepala sekolah tahu benar kapan guru hanya memberikan saran dan kapan mereka bertanggung jawab mengambil keputusan.

9. Apa Selanjutnya? Masa Depan KM
Masa depan KM di sekolah-sekolah sangat sulit diperkirakan. Melihat masa depan dunia pendidikan merupakan tantangan karena, suka atau tidak para pendidik sering memainkan peran reaksionis. Sekolah selalu bereaksi terhadap tarikan dan dorongan dari sektor-sektor lain dalam masyarakat.
Beberapa hal yang dapat diprediksi, yaitu perubahan-perubahan yang akan memengaruhi sekolah dan penggunaan KM:
• Kemajuan teknologi yang berkelanjutan akan menjadi norma.
•Keragaman rasial, etnis, dan budaya akan meningkat. Keragaman berarti bahwa kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, terutama yang berbeda dengan kita, menjadi kecakapan yang penting.
• Model pasar bebas yang dikendalikan konsumen akan semakin menembus organisasi-organisasi, termasuk sekolah-sekolah.
Bagaimana sekolah dapat merespon perubahanakan menentukan apakah perubahan tersebut positif. Mengingat semua perubahan ini akan semakin penting bahwa sekolah mendidik siswa agar mengetahui bagaimana:
• mengidentifikasi masalah,
• menggunakan kecerdasan mereka untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan produk,
• menunjukkan pemahaman mereka dalam berbagai cara, dan
• bekerja sama dengan orang lain, baik yang memiliki kesamaan maupun perbedaan dengan mereka.

Dan dengan meningkatkan persaingan bentuk baru dari sekolah swasta, voucher, dan sekolah di rumah, jauh lebih penting lagi bahwa pendidik:
• mempersonalisasi pendidikan dan mengusahakan pengajaran individu.
• memungkinkan siswa mengembangkan dan menggunakan kekuatan mereka.
• memandang orangtua sebagai mitra dan mendidik mereka juga.
• menyediakan lingkungan yang mendukung kolegialitas dan pertumbuhan staf pengajar.
• mampu menunjukkan bahwa siswa dipersiapkan untuk masa depan.

Berita baiknya adalah menggunakan KM mendukung pendidikan dan siswa dalam memperjuangkan tujuan mereka. Di sekolah KM, anak-anak ditawari cara berbeda untuk mempelajari kurikulum tertentu dan mencapai tujuan akademis. Di sekolah KM, fokusnya diarahkan baik pada pemahaman masalah maupun diri sendiri.

- Evolusi KM
Di berbagai Negara, budaya, dan konteks, guru dan pengelola administrasi melihat KM sebagai sebuah cara meningkatkan peluang siswa untuk mencapai keberhasilan. Ketika ratusan pendidik di berbagai negara di seluruh dunia membicarakan mengenai KM dan semakin banyaknya industry skala kecil yang menghasilkan praktisi dan produk KM, maka lengkaplah alasan untuk meyakini bahwa momentum bagi KM akan terus terbangun. Namun, selagi terus digunakan dalam pendidikan, KM akan berkembang pula dan akan terus menghasilakan inovasi-inovasi bagi dunia pendidikan.
- Penilaian, Pemahaman Sesungguhnya, dan KM
Jika digunakan dengan baik, KM akan memperlebar lensa yang digunakan untuk mengamati siswa. Akan selalu ada tempat untuk tes standard, tetapi penggunaan penilaian autentik dan pportofolio akan meningkat. Semakin banyak sekolah menggunakan penilaian autentik dan penilaian kinerja, maka garis batas antara penilaian dan pengajaran menjadi kabur karena penilaian yang baik merupakan bagian integral dari pengajaran, dan pengjaran yang baik merupakan bagian integral dari penilaian.
Rekomendasi Grant Wiggins (1998) umtuk menggunakan “rancangan mundur” dalam perencanaan pengajaran mendukung gagasan tentang penggabungan penilaian dengan pengajaran. Wiggins mengatakan bahwa kita perlu memulai dengan menentukan apa yang perlu diketahui siswa dan bagaimana hal tersebut dapat diukur, alih-alih memulai perencanaan dengan berfokus pada apa yang harus tercakup didalamnya.
Portofolio mendukung penggunaan KM dan sebaliknya. Portofolio memainkan peran penting dalam membantu mengembangkan kecerdasan intrapersonal karena siswa belajar memahami diri sendiri dengan mengkaji kembali portofolio mereka. Hal terpenting dalam KM adalah jika kita mengukur kecakapan atau ketajaman dalam pelbagai kecerdasan ada tujuannya dan membuat guru memahami cara terbaik meraih siswa, maka itu layak dilakukan. Tetapi jika pengukuran dilakukan hanya demi pengukuran itu sendiri, tanpa kegunaan praktis, itu tidak ada gunanya dan bahkan berbahaya.
- Kemitraan Komunikasi dan KM
Unjuk kebisaan siswa tentang apa yang telah mereka pelajari melalui presentasi proyek, pameran, dan portofolio di depan pelbagai macam audiens, berarti sekolah menjalin hubungan lebih erat dengan komunitas. Kegiatan ini sangat bermanfaat, tidak hanya mendorong siswa melakukan yang terbaik dalam mempersiapkan diri tampil di depan audiens yang tak dikenal, tetapi juga menumbuhkan penghargaan dari masyarakat. Menjalin hubungan dengan masyarakat semakin penting ketika pertanggungjawaban sekolah menjadi masalah. Sekolah dapat bekerja sama dengan masyarakat melalui program magang, karena pemahaman yang sebenarnya baru tercapai ketika yang menilai adalah orang yang bekerja di bidangnya.
- Pembelajaran Orang Dewasa dan KM
Tidak ada alasan untuk membatasi penggunaan KM hanya pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama. Banyak sekolah tinggi dan universitas menawarkan mata kuliah pengajaran menggunakan KM. Jadi, seiring dengan waktu, ketika siswa yang telah menggunakan semua kecerdasan dalam belajar di sekolah dasar dan lanjutan pertama memasuki perguruan tinggi, sangat masuk akal jika mereka meneruskan penggunaan KM sebagai strategi dalam belajar di universitas.
- Hambatan Belajar dan KM
Ketika penggunaan KM menjadi umum di sekolah-sekolah anak-anak yang semula hanya mengalami frustasi akan mulai merasa keberhasilan. Meskipun rentang dan tingkat hambatan belajar sangat lebar, penggunaan KM dapat membantu banyak anak yang dicap “terhambat” memperoleh keberhasilan. Alasan pertama adalah bahwa pendekatan KM menempatkan siswa sebagai fokus. Keselarasan antara menggunakan KM dan memenuhi kebutuhan siswa yang belajar dengan cara yang berbeda merupakan hal yang baik. Semua anak akan mendapatkan manfaat dari pendekatan ini, tetapi barangkali yang paling diuntungkan adalah siswa yang menemui kesulitan ketika mencoba belajar hanya dengan menggunakan kecerdasan berbahasa dan logika matematika.
Penggunaan Km bukanlah obat mujarab bagi siswa yang memiliki hambatan dalam belajar. Sebagian keberhasilan dapat dicapai jika pendekatan KM digunakan dengan siswa yang memiliki hambatan. Keprihatianan lain dalam hal ini adalah ketika KM berhasil digunakan untuk membantu siswa dengan hambatan belajar, KM hanya akan dilihat sebagai alat untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Meskipun menggunakan KM bukan berarti kehilangan semangat atau usaha untuk mencapai standard akademis tinggi.
- Seni dan KM
Menurut definisi, meyakini KM berarti menghargai senmi. Bagaimanapun pendekatan KM menempaykan kecerdasan musical, spasial, dan kinestesis tubuh setara dengan kecerdasan bahasa dan logika matematika. Ketika KM diterima dan digunakan lebih rutin, kita akan melihat perbedaan mengabur antara kelas yang menghargai seni dengan kelas yang menganggap seni sebagai kegiatan ekstra. Menghargai dan menekankan seni akan membuat perbedaan bagi siswa. Kita perlu menyadari bahwa seni memainkan per an penting dalam masyarakat kita. Seni menceritakan kisah, menangkap dan menyampaikan emosi, serta sebagai alat pembelajaran.
- Kecerdasan Personal dan KM
Dengan mendefinisikan “people skill” sebagai kecerdasan intrapersonal dan interpersonal, Gardner telah member kita model dan kosakata untuk menggali kecakapan ini sebagai bagian dari proses pendidikan. Makna model ini tidak boleh diabaikan karena sebelum kita bisa mulai menyelesaikan masalah, kita harus memiliki kosakata yang sama untuk berkomunikasi.
- Peran Guru dan KM
Alasan yang membuat pendidik begitu mudah menerima KM karena peran mereka sebagai professional diakui. Guru yang menggunakan KM mengembangkan kurikulum dan alat penilaian serta sangat kreatif dalam pedagogi mereka. Dan guru yang menggunakan KM biasanya melakukan semuaitu bersama-sama, bekerja dan belajar sebagai kolega. Dengan demikian penerapan KM menjadi sebuah rute untuk mengembangkan dan memperluas profesionalisme di antara guru-guru. KM biasanya berhasil di sekolah-sekolah yang menganut manajemen berbasis lokasi. Artinya, keputusan-keputusan penting bagi siswa dan staf pengjar dibuat sendiri oleh orang-orang yang bekerja di sekolah bersangkutan.
- Bukan Solusi Cepat
Kekuatan kita merupakan kelemahan kita, dan itulah yang menimbulkan sedikit keprihatianan tentang masa depan KM di sekolah-sekolah. Ukuran keunggulan KM seharusnya bukan berapa banyak guru yang menggunakannya atau berapa banyak sekolah yang menerapkannya. Meskipun peningkatan penggunaan KM sangat diinginkan karena berarti akan lebih banyak siswa yang memperoleh manfaat darinya. Namun momentum KM tampaknya tidak terelakkan, karena dengan membawa KM ke ruang kelas dapat menjadikan peran guru lebih professional dan dengan menggunakannya dapat membantu guru tumbuh dan belajar bersama kolega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar