Selasa, 12 Mei 2009

Panitia UN di Sumut Tak Sediakan Soal dalam Huruf Braile

Panitia ujian nasional di Sumatera Utara tidak menyediakan soal dalam huruf braile. Akibatnya, pihak sekolah harus bekerja lebih panjang untuk menyiapkan soal ujian agar bisa dibaca siswa tunanetra. Proses ini sangat tergantung pada keterbatasan kertas untuk huruf braile dan mesin pembaca huruf braile.
"Kami memakai kertas sisa sumbangan Pemerintah Norwegia tiga tahun lalu. Untungnya masih ada. Kami juga beruntung mesin (pembaca braile) sumbangan Nowegia masih bisa dipakai, jika tidak, murid-murid ini akan mengerjakan soal dari soal yang dibacakan pengawas ruang," tutur guru Sekolah Luar Biasa Karya Murni, R Sinurat, Selasa (28/4), saat ditemui seusai ujian mata pelajaran Bahasa Inggris.
Pihak sekolah, tutur Sinurat, sebelum ujian harus menyalin soal biasa ke dalam komputer yang diprogram untuk huruf braile. Selanjutnya program ini dipindah ke mesin pembaca huruf braile dan dicetak. "Untuk mencetak ini diperlukan kertas khusus. Persediaan kertas kami sedikit. Mudah-mudahan cukup sampai ujian selesai," tutur Sinurat.
Dia menilai, panitia UN belum memberikan pelayanan yang sama kepada peserta ujian yang tunanetra. Di Jawa, katanya, peserta ujian tunanetra langsung mendapat soal dalam bentuk huruf braile. Berbeda dengan di Sumut, peserta harus menunggu pihak sekolah menyalin dalam huruf braile.
Di SLB Karya Murni terdapat lima siswa tunanetra yang menjadi peserta UN untuk SMP sederajat. Adapun di sumut peserta UN yang tunanetra sebanyak 12 siswa dari 240.515 peserta. Selain di Medan, peserta tunanetra yang mengikuti UN terdapat di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar